Thursday, 20 August 2015

Perkembangan Penduduk Dunia



Perkembangan Penduduk Dunia Perkembangan penduduk dunia salah satunya dapat dilihat dari jumlah penduduk dunia yang meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan estimasi yang diterbitkan biro sensus amerika serikat, penduduk dunia mencapai 6,5 miliar jiwa pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Dari sekitar 6,5 miliar penduduk dunia, 4 miliar diantaranya tinggal di asia. Tujuh dari sepuluh negara berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia.
Adapun daftar peringkat negara-negara yang memiliki penduduk terbanyak dapat dilihat dalam tabel berikut : Pada tahun 1989, tanggal 11 Juli ditetapkan sebagai Hari Penduduk Dunia. Bertambahnya populasi dunia melampaui angka tujuh miliar dan prediksi melambungnya jumlah penduduk dunia hingga tahun 2050 yang akan mencapai sembilan miliar orang menjadi agenda utama berbagai pertemuan internasional. Hal ini disebabkan oleh keterkaitan erat antara masalah sosial, budaya dan ekonomi dengan populasi penduduk. Di laporan PBB ditekankan kendala dari laju pertumbuhan populasi dunia berupa kian bertambah lebarnya jurang pemisah antara negara kaya dan miskin dalam menggapai sumber pangan, air, properti dan lapangan pekerjaan. Menurut pandangan pengamat PBB, kondisi imigrasi dan warga pinggiran kota besar merupakan kendala lain dari laju pertumbuhan populasi penduduk dunia. Karena warga pinggiran kota akan menambah populasi warga miskin di perkotaan. Selain itu, bertambahnya jumlah penduduk perkotaan di negara-negara miskin akan menambah beban negara sehingga laju pertumbuhan ekonomi akan mengendur. Akhirnya generasi berikutnya akan tetap dalam kemiskinan. Berdasarkan laporan PBB, hingga tahun 2050 Afrika dan Asia akan memimpin dalam laju pertumbuhan penduduk kota. Populasi warga kota Afrika dari 414 juta menjadi 1,2 miliar dan populasi penduduk kota di Asia dari 1,9 miliar menjadi 3,3 miliar orang. Dengan demikian kedua benua ini secara global akan mengalami pertumbuhan penduduk kota sekitar 86 persen dari penduduk dunia. Pembengkakan besar jumlah penduduk akan menciptakan kesempatan baru untuk memperbaiki mekanisme pendidikan dan pelayanan publik di Afrika dan Asia.
Hal ini disebabkan warga kian terfokus dan upaya untuk mempermudah mereka mengakses pelayanan. Laju pertumbuhan warga perkotaan menimbulkan kendala baru seperti lapangan pekerjaan, properti, energi dan infrastruktur penting untuk memerangi kemiskinan serta upaya untuk memerangi meluasnya warga pinggiran kota serta lingkungan hidup. Sepertinya investasi di bidang pendidikan generasi muda dan keselamatan mereka semakin urgen. Hal ini penting mengingat dari sisi pertumbuhan ekonomi akan sangat bermanfaat bagi generasi mendatang. Dampak dari laju pertumbuhan populasi penduduk dunia sama seperti dampak sosial yang tidak terbatas pada wilayah tertentu. Mungkin untuk jangka pendek sejumlah negara Dunia Ketiga tidak terlalu merasakan dampaknya mengingat tidak adanya program yang tepat mengelola sumber daya dan kelemahan strategi mereka dalam menghadapi berbagai kesulitan. Namun realitanya sejumlah masalah seperti kemiskinan, krisis ekonomi, pangan dan polusi lingkungan hidup akibat bertambahnya populasi masyarakat tidak mengenal batas dan menjadi isu global. Untuk mencegah terjadinya bencana ini diperlukan langkah-langkah praktis dan kerjasama seluruh penduduk dunia. (IRIB Indonesia).
Faktor-faktor Demografi yang mempengaruhi pertambahan penduduk Faktor demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut :
1. Kematian Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas). Faktor pendukung kematian (pro mortalitas) antara lain : - Sarana kesehatan yang kurang memadai. - Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan - Terjadinya berbagai bencana alam - Terjadinya peperangan - Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri - Tindakan bunuh diri dan pembunuhan. Faktor penghambat kematian (anti mortalitas) antara lain : - Lingkungan hidup sehat. - Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap. - Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain. - Tingkat kesehatan masyarakat tinggi. - Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
2. Kelahiran ( Natalitas ) Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas) Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain : • Pernikahan pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat menikah keluarga akan malu. • Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua. • Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki. • Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua. • Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi. Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain : • Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak. • Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun. • Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. • Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya sampai anak ke – 2. • Penundaaan pernikahan sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan. b Tingkat kematian kasar Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Kegunaan Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk.
Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah. Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran Rumus a Tingkat kematian Khusus Angka kematian khusus menurut umur atau Age Spesific Death Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya orang yang meninggal tiap 1.000 orang penduduk pada usia tertentu dalam setahun. Biasanya angka ini sangat tinggi pada kelompok usia lanjut, sedangkan pada kelompok usia muda angka ini jauh lebih rendah. Di mana: ASBR = Lx/Px ASBR = angka kematian pada umur tertentu Lx = jumlah kematian pada umur tertentu dalam setahun Px = jumlah penduduk umur tertentu a Angka kelahiran Dalam demografi, istilah tingkat kelahiran atau crude birth rate (CBR) dari suatu populasi adalah jumlah kwlahiran per 1.000 orang tiap tahun. Secara matematika, angka ini bisa dihitung dengan rumus CBR = n/((p) (1000)) di mana : n = jumlah kelahiran pada tahun tersebut p = jumlah populasi saat penghitungan Indikator lain untuk mengukur tingkat kehamilan yang sering dipakai: tingkat kehamilan total - rata-rata jumlah anak yang terlahir bagi tiap wanita dalam hidupnya. Secara umum, tingkat kehamilan total adalah indikator yang lebih baik untuk tingkat kehamilan daripada CBR, karena tidak terpengaruh oleh distribusi usia dari populasi.
Tingkat kehamilan cenderung lebih tinggi di negara yang ekonominya kurang berkembang dan lebih rendah di negara yang pertumbuhan ekonominya tinggi.
a Pengertian migrasi Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya. Perpindahan penduduk yang berlangsung dalam masyarakat ada dua macam sebagai berikut. Perpindahan vertikal, yaitu pindahnya status manusia dari kelas rendah ke kelas menengah, dari pangkat yang rendah ke pangkat yang lebih tinggi, atau sebaliknya. Perpindahan horizontal, yaitu perpindahan secara ruang atau secara geografis dari suatu tempat ke tempat yang lain. Peristiwa inilah yang sering disebut dengan migrasi, meskipun tidak setiap gerak horizontal disebut migrasi.
b Macam-macam migrasi - Migrasi internasional (migrasi antarnegara) Migrasi internasional (migrasi antarnegara) adalah perpindahan penduduk dari suatu Negara ke Negara lain. Migrasi internasional meliputi imigrasi, emigrasi, dan remigrasi. - Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari Negara lain ke suatu Negara dengan tujuan menetap. - Emigrasi, yaitu berpindahnya penduduk atau keluarnya penduduk dari suatu Negara ke Negara lain dengan tujuan menetap. - Remigrasi, yaitu kembalinya penduduk dari suatu Negara ke Negara asalnya. - Migrasi internal (migrasi nasional) - Migrasi internal (migrasi nasional) adalah perpindahan penduduk yang masih berda dalam lingkup satu wilayah Negara. Perpindahan yang merupakan migrasi internal antara lain sebagai berikut. - Urbanisasi Urbanisasi adalah prepindahan dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.
c. Akibat migrasi Dampak positif migrasi terhadap daerah yang ditinggalkan Berkurangnya jumlah penduduk sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Meningkatnya kesejahteraan keluarga di desa, Karena mendapat kiriman dari yang pergi, terutama dari yang sudah hidup layak. “Seimbangnya” lapangan pekerjaan di desa dengan angkatan kerja yang tersisa, karena banyak orang yang meninggalkan desa. Dampak negatif migrasi terhadap daerah yang ditinggalkan Berkurangnya tenaga kerja muda daerah. Kurang kuatnya stabilitas keamanan karena hanya tinggal penduduk tua. Semakin berkurangnya tenaga penggerak pembangunan di desa. Terbatasnya jumlah kaum intelektual di desa karena penduduk desa yang berhasil memperoleh pendidikan tinggi di kota pada umunya enggan kembali ke desa. Dampak positif migrasi terhadap daerah yang dituju Jumlah tenaga kerja bertambah. Integrasi penduduk desa-kota semakin tampak. Dampak negatif terhadap daerah yang dituju Semakin padat jumlah penduduknya. Banyak terdapat pemukiman kumuh. Lalu lintas jalan semakin padat. Lapangan kerja semakin berkurang sehingga banyak dijumpai pengangguran tuna wisma, tuna susila, dan tindak kejahatan. Terdapat kesenjangan ekonomi dalam kehidupan di masyarakat. Usaha-usaha Pemerintah dalam Menanggulangi Permasalahan Akibat Migrasi
d. 3 struktur penduduk Umur penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu: - Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif. - Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif. - Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia jompo. Sesuai dengan pengelompokkan umur di atas, maka struktur (susunan) penduduk negara-negara di dunia dibagi 3 yaitu: - Struktur penduduk muda : bila suatu negara atau wilayah sebagian besar penduduk usia muda. - Struktur penduduk dewasa : bila suatu negara sebagian besar penduduk berusia dewasa. - Struktur penduduk tua : bila suatu negara sebagian besar terdiri penduduk berusia tua. Bentuk piramida penduduk stasioner, muda, tua · - Piramida penduduk muda - Berbentuk limas Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar dibanding usia dewasa. · - Piramida penduduk stasioner atau tetap berbentuk granat Bentuk ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan usia dewasa. · - Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan Piramida bentuk ini menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih sedikit bila dibandingkan dengan usia dewasa. Rasio ketergantungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.

Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. Rasio ketergantungan terbagi dalam 2 jenis, yaitu : - Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun. - Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun. Fungsi rasio ketergantungan Rasio ketergantungan (dependency ratio) digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. 2. Kebudayaan dan kepribadian Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di indonesia Berdasarkan Arkeologi, perkembangan budaya manusia Indonesia dapat di golongkan menjadi beberapa periode yaitu : JAMAN BATU Paleolithikum (batu tua) Ciri dari jaman ini adalah peralatan buat dari batu masih kasar dan belum di asah. Alat dari batu ini di buat dengan cara membenturkan batu yang satu dengan yang lainnya, pecahan batu yang menyerupai kapak kemudian mereka gunakan sebagai alat.
Cara hidup manusia pada jaman plleolithikum adalah: nomad dalam kelompok kecil, tinggal dalam gua atau ceruk karang, berburu, mengumpulkan makanan (food gathering). Menurut Teuku Jacob, bahasa sebagai alat komunikasi telah ada dalam tingkat sederhana. Berdasarkan tempat penemuannya, jaman palleolithikum terbagi atas kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Pada kebudayaan pacitan, peralatan yang di hasilkan adalah kapak genggam, alat penetak (chopper), yang ditemukan oleh Koenigswald pada tahun 1935. Selain di Pacitan, alat – alat tersebut di temukan pula di beberapa daerah seperti : Sukabumi (Jabar) , Parigi, Gombong, (Jateng) , Lahat (Sumsel), Lampung , Bali, Sumbawa, Flores, Sulsel, Kalsel dan Timor. Alat-alat tersebut di temukan pada lapisan yang sama dengan di temukannya fosil Pitechanthropus Erectus. Pada kebudayaan ngandong, peralatan yang ditemukan adalah flakes (alat serpih) berupa pisau atau alat penusuk. Disamping itu ditemukan pula peralatan dari tulang dan tanduk berupa belati, mata tombak yang bergerigi, alat pengorek ubi, tanduk menjangan yang diruncingkan dan duri ikan pari yang diruncingkan. Alat-alat tersebut ditemukan pula di daerah lain seperti di Sangiran dan Sargen (Jateng). Manusia pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis, karena di temukan pada lapisan tanah yang sama dengan ditemukannya peralatan kebudayaan Ngandong. Mesolitihkum (batu tengah) Ciri dari jaman ini adalah peralatan dari batu yang telah di asah bagian sisi tajamnya. Jaman ini merupakan peralihan dari Palleolithikum ke Neolithikum. Yang menarik dari jaman Messolithikum adalah di temukannya tumpukan sampah dapur yang kemudian di beri istilah Kjokkenmoddinger dan Abris sous roche oleh penelitinya yaitu Callenfels yang juga digelari sebagai bapak prasejarah).
Kjokkenmoddinger adalah tumpukan kulit kerang dan siput yang telah membatu, yang banyak di jumpai di pinggir pantai. Sedangkan Abris sous roche adalah tumpukan dari sisa makanan yang telah membatu di dalam gua. Cara hidup Messolhitikum adalah sebagian masih food gathering dan berburu tetapi sebagian telah menetap dalam gua dan bercocok tanam sederhana (berladang) menanam umbi-umbian. Mereka juga telah pula menjinakan hewan dan menyimpan hewan-hewan buruannya sebagai langkah awal untuk berternak. Mereka telah membuat gerabah, mengenal kesenian dalam bentuk lukisan di dinding gua (lukisan gua) ketika mereka telah menetap. Lukisan tersebut berupa gambar telapak tangan berlatar belakang warna merah , gambar babi rusa yang tertancap Panah (di gua Leang-Leang, Sulsel). Penelitiannya dilakukan oleh Heekren Palm pada tahun 1950 di gua pulau Muna , dimana berhasil di temukan berbagai lukisan manusia, kuda, rusa, buaya, anjing. Sedangkan di Maluku dan Papua ditemukan lukisan gua dalam bentuk gambar cap tangan, kadal, manusia, burung, perahu, mata, dan matahari. Pada jaman Messolhituikum terbagi atas 3 kelompok budaya : kebudayaan flakes (fleks culture), kebudayaan pebble (pebble culture) , dan kebudayaan tulang (bone culture). kebudayaan ini di dukung oleh manusia dari jenis papua melanesoid yang berasal dari Indo China .
Flakes culture atau peralatan berupa alat serpih, yang telah ada sejak jaman Palleolithikum, menjadi sangat penting pada jaman messolithikum karena memunculkan corak tersendiri. Terutama setelah mendapatkan pengaruh dari budaya daratan. Dua orang peneliti berkebangsaan Swiss (Fritz Sarasin dan Paul Sarasin ) antara tahun 1893-1896, melakukan penelitian di Sulsel, dan berhasil menemukan fleks . Peralatan sejenis juga di temukan di daerah lain yaitu Bandung (fleks dari obsidian yaitu batu hitam yang indah), Flores, NTT dan Timor. Flakes culture merupakan pengaruh dari Asia daratan yang masuk ke Indonesia melalui jalur timur yaitu Jepang, Taiwan, Philipina, Sulawesi. Pebble culture, peralatan berupa kapak genggam sumatera (pebble), kapak pendek (hacte curte), batu penggiling, dan pisau. Callenfels pada 1925, melakukan penelitian di pesisir Sumatera dan menemukan peralatan di atas bersama Kjokkenmoddinger. Pebble culture merupakan pengaruh dari kebudayaan Bacson Hoabinh (Indo china) yang masuk ke Indonesia melalui jalur barat yaitu Malaka dan Sumatera. Bone culture, penelitian di lakukan oleh Callenfels 1928-1931 di Sampung Ponorogo. Peralatan tersebut ditemukan bersama dengan Abris sous roche di dalam gua. Di gua-gua juga ditemukan fosil dari jenis manusia Papua Melanesoide, yang merupakan nenek moyang orang Papua (Irian). Peralatan dan fosil sejenis di temukan pula di Besuki dan Bojonegoro. Salah satu peninggalan zaman mesolitik berupa Abris sous roche. Neolhitikum (batu muda) Ciri jaman batu muda adalah pemakaian peralatan dari batu yang telah diasah halus karena telah mengenal tehnik mengasah. Pada jaman ini terjadi revolusi kehidupan yaitu perubahan dari kehidupan nomad dengan food gathering menjadi menetap dengan food producing.
Cara hidup pada jaman neolithikum adalah hidup menetap, bertempat tinggal dekat sumber air, food producing (menghasilkan makanan dari bercocok tanam dan berternak walaupun berburu masih dilakukan terutama pada waktu senggang), membuat rumah bertonggak dengan atap dari daun-daunan membuat kain dari kulit kayu (ditemukan pemukul kulit kayu), membuat perahu atau rakit, membuat perhiasan dari batu-batu kecil indah. Menurut penelitian mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu polinesia. Pada akhir jaman ini telah dikenal kepercayaan dalam bentuk Animisme (kepercayaan tentang adanya arwah nenek moyang yang memiliki kekuatan gaib) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memilki kekuatan gaib). Mereka percaya bahwa setelah mati ada kehidupan lain sehingga di adakanlah berbagai upacara terutama bagi kepala sukunya. Mayat yang dikubur disertai dengan berbagai macam benda sebagai bekal di alam lain, dan sebagai peringatan maka di bangunlah berbagai monument (bangunan) yang rutin diberi sajian agar arwah yang meninggal (leluhur) melindungi dan memberikan kesejahteraan bagi sukunya.
Pada jaman ini pembuatan gerabah memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat dalam kehidupan sehari-hari. Adapula gerabah yang digunakan untuk keperluan upacara dan gerabah yang dibuat dengan indah baik bentuk maupun hiasannya. Berdasarkan peralatannya kebudayaan jaman neolitihkum di bedakan menjadi kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong berasal dari Heine Geldern berdasarkan kepada penampang yang berbentuk persegi panjang dan lonjong. Kebudayaan kapak persegi Kebudayaan kapak persegi berasal dari Asia daratan yang menyebar ke Indonesia melalui jalur barat melalui Malaka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusatenggara. Terdapat kapak persegi ukuran kecil (di gunakan sebagai fungsi kapak) dan yang ukuran besar (digunakan sebagai fungsi beliung atau cangkul). Dibeberapa daerah ditemukan bekas-bekas pusat kerajinan kapak persegi seperti di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Tasik (Jabar), Pacitan (Jatim). Kebudayaan kapak persegi di dukung oleh manusia Proto Melayu (Melayu Tua) yang migrasi ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2000 SM (Sebelum Masehi). Yang merupakan keturunan ras Melayu Tua adalah suku Sasak , Toraja, Batak dan Dayak . Di Minahasa (Sulut) di temukan kapak bahu, sejenis kapak persegi di beri leher untuk pegangannya. Kebudayaan kapak lonjong Ukuran kapak lonjong ada yang besar (walzenbeli) dan kecil (kinbeli), sering di sebut dengan istilah Neolith Papua karena penyebarannya terbatas di Irian saja oleh bangsa Papua Melaneside. Dari peralatan yang ditemukan, baik kapak persegi maupun kapak lonjong di buat dari batu api (chalcedon), terdapat pula kapak yang tidak terdapat tanda-tanda bekas dipakai dalam bentuk yang indah (sebagai alat berharga, lambang kebesaran atau jimat).
JAMAN LOGAM Jaman perunggu Kebudayaan perunggu di Asia Tenggara merupakan pengaruh dari kebudayaan Dongson, yang berkembang di Vietnam. Geldern berpendapat bahwa kebudayaan Dongson berkembang paling muda sekitar 300 SM (sebelum Masehi). Pendukung kebudayaan perunggu adalah bangsa Deuteuro Melayu (Melayu Muda) yang migrasi ke Indonesia sambil membawa kebudayaan Dongson. Keturunannya adalah Jawa, Bali, Bugis, Madura, dll. Bahkan ditemukan beberapa bukti bahwa telah terjadi pembaruan antara Melayu Monggoloide (Proto melayu dengan Deuteuro melayu) dan Papua Melaneside. Ciri jaman perunggu adalah pemakaian peralatan dari logam yang dikembangkan melalui tehnik bivalve (rangkap) dan a cire perdue (cetak lilin). Namun bukanlah berarti setelah itu peralatan dari batu dan gerabah di tinggalkan karena masih terus dipergunakan bahkan sampai sekarang . Ciri kehidupan pada jaman perunggu adalah telah terbentuk perkampungan yang teratur dipimpin oleh kepala suku atau ketua adat, tinggal di dalam rumah bertiang yang besar yang bagian bawahnya dijadikan tempat ternak, bertani (berladang dan bersawah) dengan sistem irigasi sehingga pengairan tidak selalu bergantung kepada hujan. Telah terdapat pembagian kerja berdasarkan keahlian sehingga munculah kelompok undagi (tukang yang ahli membuat peralatan logam). Mereka telah menguasai ilmu Astronomi (untuk kepentingan pelayaran dan pertanian ) dan membuat perahu bercadik. Beberapa hasil budaya pada jaman perunggu adalah kapak corong (kapak sepatu), candrasa (kapak corong yang salah satu sisinya memanjang), terdapat candrasa dan kapak corong yang indah dan tidak ada tanda-tanda bekas di gunakan. Nekara (seperti dandang tertulungkup), moko (nekara yang lebih kecil), terdapat berbagai perhiasan seperti garis lurus , piln-pilin, binatang, rumah, perahu, lukisan orang berburu, tari dan lukisan orang China (monggol). Selain itu mereka membuat bejana perunggu (berbentuk seperti periuk yang gepeng) dengan hiasan indah (dalam bentuk garis dan burung merak), arca perunggu (ditemukan di Bangkinag – Sulsel , Bogor - Jabar, dan Riau ) serta perhiasan perunggu seperti gelang, kalung, anting, dan cincin. Kebudayaan megalithikum (batu besar) Di sebut kebudayaan batu besar karena pada umumnya menghasilkan kebudayaan dalam bentuk monument yang terbuat dari batu berukuran besar. Kebudayaan ini muncul pada akhir jaman neolhitikum, tetapi perkembangannya justru terjadi pada jaman perunggu (kebudayaan Dongson).
Hasil-hasil dari kebudayaan megalithikum memberikan petunjuk kepada kita mengenal perkembangan kepercayaan, terutama pemujaan terhadap arwah nenek moyang, yang memang telah mulai nampak pada akhir jaman neolithikum. Berikut ini adalah hasil-hasil budaya megalhitikum : Menhir atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal, yang berfungsi sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pemujaan. Menhir banyak di temukan di Pasemah, Lahat, Sungai Talang Koto (Sumatera), Nagada (Flores). Dolmen atau meja batu tempat sesaji, ada yang di sangga oleh menhir dan ada pula yang digunakan sebagai penutup keranda atau sarchopagus, yang demikian dinamakan dengan pandhusa. Sarcophagus (keranda) adalah peti mati tempat penyimpanan mayat yang berbentuk lesung terbuat dari batu utuh yang diberi tutup. Di Bali di temukan keranda yang berisi tulang belulang manusia, barang perunggu serta manik-manik. Kubur batu, peti mayat yang di pendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dengan ke empat sisinya di buat dari lempengan – lempengan batu. Ada pula yang di sebut waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk bulat. Kubur batu banyak di temukan di Kuningan (Jabar), Pasemah (Sumatera), Wonosari (Yogja) dan Cepu (Jateng). Punden berundak, bangunan pemujaan terhadap roh nenek moyang yang berupa susunan batu bertingkat, banyak ditemukan di Banten, Garut, Kuningan, Sukabumi (Jabar). Dalam perkembangan selanjutnya, punden berundak merupakan dasar dalam pembuatan candi, bangunan keagamaan maupun istana. Selain itu di temukan pula hasil budaya megalithikum dalam bentuk patung atau arca manusia yang menggambarkan wujud nenek moyang atau arca binatang. Patung banyak di temukan di daerah Pasemah (Sumatera), sementara di di lembah Bada (Sulteng) ditemukan patung manusia (laki- laki dan perempuan).
Kebudayaan hindu, budha, dan islam. Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya. Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida yang masih memuja roh nenek moyang.
Berkembanglah Agama Hindu yang merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu. Daerah perkembangan pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu). DEWA Orang Arya percaya dan memuja banyak dewa (Polytheisme). Bagi mereka, tiap-tiap dewa merupakan lambang kekuatan terhadap alam sehingga perlu disembah/ dipuja dan dihormati. Contoh dewa dalam kepercayaan bangsa Arya: Pretivi sebagai dewa Bumi, Surya sebagai Dewa Matahari, Vayu sebagai Dewa Angin, Varuna sebagai Dewa Laut, Agni sebagai Dewa Api. Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu: Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu. Wisnu sebagai dewa pemelihara alam Siwa sebagai dewa perusak Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti KITAB SUCI Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu: Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab. Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah. Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama. Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir. Selain itu terdapat kitab-kitab sebagai berikut. Kitab Brahmanas berisi pedoman ritual keagamaan bagi para Brahmana. Kitab Brahmana merupakan tafsir dari kitab Weda Upanishad berisi khotbah-khotbah gaib. Kitab Upanisad berisi ajaran tentang cara-cara menghindarkan diri dari samsara. Aranyakas berisi kitab untuk para pertapa. Om merupakan simbol agama Hindu jika diucapkan secara sangat sakral sama saja dengan berdoa itu sendiri. SISTEM KASTA Sistem kemasyarakatan yang tercipta dalam masyrakat Hindu menurut Kitab Rig-Vega adalah sebagai berikut: Mereka hidup di desa, mata pencaharian mereka beternak dan bertani.
Mereka mengenal pertenunan, pembuatan barang keramik dan pertukangan. Kepala pemerintahan tertinggi, raja yang berkuasa turun temurun. Dibantu dewan tertua dan kaum Brahmana. Mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka. Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta. Keberadaan kasta ini ada pada posisi paling penting dan punya pranan yang sangat besar bagi berjalannya pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai seluk beluk agama Hindu, serta menjadi penasehat raja. Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk dalam kasta ini adalah para bangsawan, raja dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta ini memiliki kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb. Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak. Mereka yang tergolong dalam kasta ini adalah para pedagang besar (saudagar),para pengusaha. Dalam golongan masyarakat biasa kasta ini cukup memiliki peran penting. Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak. Mereka adalah para pekerja kasar. Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang diperhatikan. Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan. Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan.
Dalam konsep Hindu sesorang hanya dapat terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu. Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India. Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi. KITAB SUCI Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan pitaka artinya keranjang). Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan, yaitu : Sutta (Suttanata) Pitaka berisi kumpulan khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang Buddha Vinaya Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluknya. Abhrdharma Pitaka berisi filosofi (falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin KOTA SUCI Ada 4 tempat yang dianggap suci oleh umat Budha karena berhubungan dengan kehidupan Sidharta. Keempat tempat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Taman Lumbini di Kapilawastu sebagai tempat kelahiran Sidharta (563 SM). Sementara itu masa kecil Sidharta di lewatkan di daerah Kapilawastu tersebut.
2. Bodh Gaya sebagai tempat Sidharta menerima penerangan agung.
3. Benares (Taman Rusa) sebagai tempat Sidharta pertama kali mengajarkan ajarannya.
4. Kusinegara merupakan tempat wafat Sidharta (482 SM)
5. Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada tanggal yang bersamaan yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Budha sebagai Triwaisak.
PERKEMBANGAN AGAMA BUDHA
Perkembangan Agama Budha mencapai puncaknya kejayaannya pada masa pemerintahan raja Ashoka dari Dinasti Maurya. Ia mampu menjadikan ¾ wilayah India menganut agama Budha dan Ia menetapkan agama Budha sebagai agama resmi negara. Perkembang agama Budha saat itu cepat serta dapat diterima masyarakat India. Selain faktor utama ini terdapat juga faktor pendukung diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Penyebaran agama Budha dilakukan dengan mengunakan bahasa rakyat sehari-hari seperti bahasa Prakrit, dan bukan bahasa Sansekerta yang hanya dikuasai dan dimengerti oleh kaum Brahmana.
2. Ajaran agama Budha dapat diterima/ dianut dan disebarkan pada siapapun tidak hanya pada golongan tertentu sehingga dapat disebut ajaran Sidharta ini bersifat non-eksklusif.
3. Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini dipandang akan membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya. Sehingga dalam Budha laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja semuanya punya hak yang sama dalam kehidupan ini.
PERPECAHAN AGAMA BUDHA
Setelah 100 tahun wafatnya Sang Budha timbul bermacam-macam penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha. Perpecahan dalam agama Budha terjadi karena masing-masing mempunyai pandangan/ aliran sendiri. Diantaranya aliran yang terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana.
1. Hinayana artinya kendaraan kecil. Menurut aliran ini tiap orang wajib berusaha sendiri untuk mencapai nirwana. Untuk mencapai Nirwana sangat tergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Hinayana, lebih tertutup hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Yang berhak menjadi Sanggha adalah para biksu dan biksuni yang berada di Wihara. Ajarannya lebih mendekati Budha semula. Pengikutnya sebagian besar berada di daerah Srilanka, Myanmar (Birma), dan Muangtai.
2. Mahayana artinya kendaraan besar. Mahayana, sifatnya terbuka. Penganut aliran ini mengajarkan pembebasan bagi diri sendiri serta bermisi pembebasan bagi orang lain. Setiap orang berhak menjadi Sanggha sejauh sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk sang Budha. Jadi aliran Mahayana mengajarkan untuk mencapai Nirwana setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan dan sifat welas asih (belas kasih). Setiap manusia berusaha hidup bersama/ membantu setiap orang lain dalam mencapai Nirwana. Ajarannya sudah berbeda dengan ajaran Budha semula. Para pengikutnya sebagian besar ada di daerah Indonesia, Jepang, Cina, dan Tibet.
AJARAN SANG BUDHA
Budha mengajarkan 4 kenyataan dalam hidup, yaitu bahwa: 1. Hidup merupakan samsara 2. Samsara disebabkan oleh nafsu yang menguasai manusia 3. Samsara dapat dihilangkan dengan menghilangkan nafsu 4. Untuk menghilangkan nafsu, ditempuh delapan jalur kebenaran. Delapan Jalan Kebenaran : - Mempunyai pandangan yang benar – Punya penghidupan yang benar - Mempunyai niat yang benar – Berusaha yang benar - Berbicara yang benar – Memperhatikan hal-hal yang benar - Berbuat yang benar – Bersemadi yang benar Tiga Kebaktian (Tri Dharma)dalam agama Budha : 1. Berbakti kepada Sang Budha 2. Berbakti kepada ajaran-ajarannya 3. Berbakti kepada Sanggha (jemaat Perkumpulan) Tridharma jika diucapkan oleh seseorang yang mau masuk agama budha adalah sebagai berikut. 1. Saya mencari perlindungan pada Budha 2. Saya mencari perlindungan pada Dharma 3. Saya mencari perlindungan pada Sanggha Selain Tridarma dalam agama Budha dikenal juga Triratna yang berarti tiga mutiara, terdiri dari Budha, Dharma, dan Sanggha. Budha, yaitu Sidharta yang telah dianggap sebagai dewa Dharma, yaitu kewajiban yang harus ditaati oleh umat Buddha. Sanggha, yaitu aturan/ perkumpulan dalam agama Budha PERSAMAAN dan PERBEDAAN AGAMA HINDU-BUDHA Persamaan Hindu dan Budha : Sama-sama tumbuh dan berkembang di India Selalu berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran kebenaran dalam kehidupan manusia di dunia ini. Diarahkan pada tindakan-tindakan yang dibenarkan oleh agama. Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa kegelapan/ mengantarkan umat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu kesempurnaan. Perbedaan Hindu dan Budha : HINDU BUDHA Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan bangsa Dravida Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju kesempurnaan(nirwana) Kitab sucinya, WEDA Kitab Sucinya, TRIPITAKA Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut Trimurti Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/ pemimpin agama Budha Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima secara turun-temurun/didasarkan pada keturunan). Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama. Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan kewajiban seseorang Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan pada golongan tertentu sehingga sering disebut agamanya kaum brahmana. Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa memandang kasta Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa Sansekerta Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa Prakrit Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai dengan bantuan/bimbingan pendeta Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan dengan usaha sendiri yaitu dengan meditasi Seorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan sejak lahir. Kehidupannya ditentukan oleh darma baik yang berhasil dilakukan semasa hidup Mengenal adanya kelahiran kembali setelah kematian (reinkarnasi) Tidak menenal reinkarnasi tetapi mengenal karma Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban Tidak dibenarkan mengadakan upacara korban MASUKNYA AGAMA HINDU dan BUDHA DI INDONESIA Persebaran agama dan budaya Hindu-Budha dari India ke Indonesia melalui jalur lalu lintas perdagangan dan pelayanan. Sejak awal abad 1 M Indonesia telah menjalin hubungan dagang dengan negara lain. Hal ini, dikarenakan letak geografis Indonesia yang sangat strategis sehingga memungkinkan hubungan dagang dengan negara lain. Pelayaran di Indonesia awalnya dilakukan hanya sebagai lalu lintas utama penghubung antarpulau tetapi kemudian hal tersebut mendorong adanya aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan tersebut akhirnya dilakukan bukan hanya di Indonesia saja. Hal ini disebabkan karena : Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan Cina maka perlayaran dan perdagangan Asia semakin ramai. Sehingga wilayah yang dilalui jalur perlayaran dan perdagangan tersebut ikut aktif dalam perdagangan. Indonesia sebagai wilayah yang strategis menjalin hubungan dengan Cina dan India. Wilayah Indonesia yang berada di sebelah Timur India menyebabkan para pelaut India lebih mudah mencapai Indonesia dan terbentuklah perdagangan antara India dan Indonesia. Didukung adanya pola angin musim yang berubah arah setiap 6 bulan. Didukung adanya perluasan kekuasaan kerajaan Cina yang membawa kekuasaannya ke Asia Tenggara mendorong timbul perdagangan maritim di Asia Barat ke Cina Selatan melalui Indonesia. Perdagangan di Asia Barat didukung oleh para pedagang India. Barang perdagangan: emas, kayu cendana, rempah-rempah, kayu wangi, kapur barus, dan kemenyan dari India sampai Indonesia. Melalui perdagangan tersebut berkembanglah kebudayaan Asing termasuk India serta Agama Hindu dan Budha yang dianut oleh sebagian besar pedagang India. Agama tersebutlah yang kemudian dianut oleh raja-raja di Indonesia yang selanjutnya mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Masuknya dan berkembangnya Agama Hindu di Indonesia Terdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain: 1. Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber) Inti dari teori ini adalah bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra. Pendapat dari Van Feber adalah bahwa: Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia. Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak jarang dianggap sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah lain bahkan keluar dari India hingga ada yang sampai ke Indonesia agar mereka mendapat kedudukan yang lebih baik dan lebih dihargai. Bantahan ahli terhadap teori ini adalah sebagai berikut. Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk ajaran agama Hindu sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu). Terlebih tidak sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya. Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka). Sehingga jika mereka ke tempat lain pasti hanya untuk mewujudkan tujuan utama mereka bukan untuk menyebarkan agama Hindu. Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu yang merupakan milik kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah. 2. Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom) Inti dari teori ini yaitu bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang India berkasta Waisya yaitu golongan pedagang. Mereka datang dan berperan sebagai penyebar agama Hindu ke Indonesia. Seperti bangsa Gujarat yang menjadi pedagang pada zaman Islam atau bangsa Barat pada zaman modern. Menurut NJ.Krom ada 2 kemungkinan Agama Hindu disebarkan oleh pedagang: Para pedagang dari India melakukan perdagangan dan akhirnya sampai ke Indonesia memang hanya untuk berdagang. Melalui interaksi perdagangan itulah agama Hindu disebarkan pada rakyat Indonesia. Para pedagang dari India yang singgah di Indonesia kemudian mendirikan pemukiman sembari menunggu angin musim yang baik untuk membawa mereka kembali ke India. Merekapun akan berinteraksi dengan penduduk sekitar dan menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia. Selanjutnya jika ada yang tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah serta berketurunan maka melalui keturunan inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat sekitar. Teori Ksatria sering juga disebut dengan teori Kolonisasi . Hal ini disebabkan karena dilakukan penyerbuan dan penklukkan. Bantahan terhadap teori ini : Tidak mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan kedudukan mulia sebagai raja di wilayah lain, sedangkan di Indonesia masa itu, seseorang dapat menjadi pemimpin suatu wilayah karena dia dirasa mempunyai kemampuan lebih daripada yang lainnya. Tidak mungkin rakyat menginginkan orang yang telah mengalahkan rakyat di wilayah itu untuk menjadi raja mereka karena mereka pasti harus hidup dalam tekanan dari orang yang tidak mereka kenal. Tidak ada bukti yang kuat baik itu di Indonesia maupun di India bahwa penyerbuan yang dilakukan bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu. Selain itu tidak ada bukti pendudukan atas beberapa daerah di Indonesia oleh bangsa India yang bertujuan untuk menyebarkan agama. Padahal suatu penaklukkan pasti akan dicatat sebagai sebuah kemenangan. Memang pernah ada serbuan dari bangsa India yang terjadi 2 kali dalam waktu singkat oleh kerajaan Colamandala (raja Rajendra Coaldewa) atas kerajaan Sriwijaya yaitu pada tahun 1023 M dan 1030 M. Meskipun berhasil menawan raja Sriwijaya tetapi serangan tersebut berhasil dipatahkan/dikalahkan. Jika terjadi kolonisasi /penaklukkan pasti akan disertai dengan pemindahan segala aspek/unsur budaya masyarakat India secara murni di Indonesia seperti sistem kasta, tatakota, pergaulan, bahasa, dsb. Tetapi kehidupan masyarakat di Indonesia tidak menunjukkan hal yang sama persis (tidak asli) dengan kehidupan masyarakat India dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi penguasaan secara mendasar pada segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya Indonesia memiliki peran yang besar dalam proses pembentukan budaya India-Indonesia sehingga yang tampak adalah bentuk akulturasi budayanya. Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur) Inti dari teori ini adalah bahwa yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia adalah kaum brahmana dari India. Teori ini memang paling mudah diterima. Menurut J.C. Van Leur beberapa alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh brahmana: Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu. Urusan keagamaan merupakan monopoli kaum Brahmana bahkan kekuasaan terbesar dipegang oleh kaum Brahmana sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu. Prasasti Indonesia yang pertama menggunakan berbahasa Sansekerta, sedangkan di India sendiri bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan Hindu. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas tinggi sehingga tidak semua orang dapat membaca dan menulis bahasa Sansekerta. Di India hanya kasta Brahmana yang menguasai bahasa Sansekerta sehingga hanya kaum Brahmana-lah yang dapat dan boleh membaca kitab suci Weda. Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui dan kuat seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mensyahkan kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikenal istilah kerajaan. Karena upacara penobatan tersebut secara Hindu maka secara otomatis rajanya juga dinyatakan beragama Hindu, jika raja beragama Hindu maka rakyatnyapun akan mengikuti rajanya beragama Hindu. Ketika menobatkan raja kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Sebelum kembali ke India tak jarang para Brahmana tersebut akan meniggalkan Kitab Weda-nya sebagai hadiah bagi sang raja. Kitab tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh sang raja dan digunakan untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Para brahmana sengaja didatangkan ke Indonesia karena raja yang telah mengenal Brahmana secara khusus meminta Brahmana untuk mengajar di lingkungan istananya. Dari hal inilah maka agama dan budaya India dapat berkembang di Indonesia. Sejak itu mulailah secara khusus kepala suku-kepala suku yang lain yang tertarik terhadap budaya dan ajaran Hindu mengundang kaum Brahmana untuk datang dan mengajarkan agama dan budaya India kepada masyarakat Indonesia. Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling) yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan kematian). Bantahan terhadap teori ini : Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain. Sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum Brahmana dalam mempelajarinya. Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar. Dari keempat teori tersebut teori yang paling tepat dan disepakati ahli mengenai masuknya agama Hindu dan Budha di Indonesia adalah teori Brahmana, yaitu bahwa brahmana/ pendeta dari Indialah yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Istilah pendeta juga digunakan dalam agama Budha. Adapun prosesnya sebagai berikut. Masuknya Agama Hindu ke Indonesia : Para pendeta dari India mempunyai misi/tugas khusus untuk menyebarkan agama Hindu, pada akhirnya sampai juga mereka ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Setiba di Indonesia mereka akan melakukan upacara pengembalian kasta agar mereka memiliki hak untuk menyebarkan ajaran agama. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Adapula penguasa lokal yang kemudian dinobatkan jadi raja serta diHindukan, sehingga jika rajanya beragama Hindu maka akan lebih mudah untuk menyebarkan agama Hindu di daerahnya. Proses ini tidak dapat terjadi hanya satu kali langsung diterima tetapi membutuhkan proses yang lama. Masuknya Agama Budha ke Indonesia : Dalam ajaran agama budha juga terdapat misi khusus untuk menyebarkan agama Budha, misi tersebut dikenal dengan Dharmadhuta. Untuk menjalankan misinya tersebut maka pendeta Budha melalui jalur pelayaran dan perdagangan menuju ke Indonesia. Setibanya di Indonesia mereka akan menemui raja/ penguasa lokal setempat guna meminta izin untuk menyebarkan agama Budha. Selanjutnya mereka mulai mengajarkan dan menyebarkan agama Budha, jika pengusa lokal tertarik dan memutuskan untuk menganut ajaran agama Budha itu akan menjadi semakin mudah bagi perkembangan agama Budha di daerah tersebut. Jikapun raja tidak tertarik menganut agama Budha tapi memberi izin pada para pendeta tersebut untuk menyebarkan agama Budha maka mereka akan mendirikan perkumpulan umat/ jemaat Budha yang disebut Sangha. Dari keempat teori yang ada menurut para ahli tidak ada yang cocok menyatakan proses perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia sehingga mereka mengemukakan suatu teori baru untuk menjelaskan proses perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia yaitu Teori Arus Balik. Teori Arus Balik sepakat bahwa yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia adalah para pendeta India, tetapi yang menyebarkan agama Hindu-Budha ke rakyat Indonesia bukan para pendeta India melainkan orang Indonesia yang diutus oleh raja Indonesia untuk mempelajari agama dan budaya para pendeta India di negara asalnya yaitu India. Setelah utusan tersebut menguasai ajaran agama maka mereka akan kembali ke Indonesia dan menyampaikan pada raja. Raja yang telah mendapat laporan selanjutnya akan meminta utusan tersebut menyebarkan dan mengajarkan pengetahuan yang di peroleh dari India tersebut pada penduduk/ rakyat kerajaan tersebut. Maka semakin berkembanglah ajaran agama baik Hindu maupun Budha dan terbentuklah kerajaan yang berciri baik itu Hindu maupun Budha. Jadi kesimpulan proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesiaadalah sebagai berikut. Agama Budha Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India. Agama Hindu Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah tersebut. - AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDHA-ISLAM di INDONESIA PERKEMBANGAN TRADISI HINDU-BUDHA DI INDONESIA Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut. 1. Periode Awal (Abad V-XI M) Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno. 2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M) Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha. Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur. 3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang) Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India. AKULTURASI Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena: 1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia. 2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada. 1. Bidang Sosial Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta. 2. Ekonomi Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia. 3. Sistem Pemerintahan Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku. 4. Bidang Pendidikan Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis. Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu : Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta. Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia. Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh : Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma. Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini. Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra. Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat asal. Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India) Kepercayaan Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha. Contoh : Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Seni dan Budaya Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini: Seni Bangunan Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa. Seni Rupa Seni rupa tampak berupa patung dan relief. Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia. Periode Patung Relief Periode Awal Patung para dewa Hindu-Budha seperti Brahma, Wisnu, Siwa Berciri Naturalis (alami) misalnya relief candi Borobudur menggambarkan kehidupan Sidharta Gautama. Sedangkan relief Prambanan mengambarkan Ramayana dan Kresnayana. Periode Tengah Di Jawa Timur dibuat patung raja-raja di Indonesia yang merupakan titisan para dewa. Contoh Patung Tribuana sebagai Parwati/Kertanegara sebagai Siwa. Di Jawa Timur unsur Indonesia semakin kuat tamapk pada relief Candi Panataran yang tidak naturalis melainkan bergaya wayang. Menunjukkan pada kepercayaan memuja roh nenek moyang. Periode Akhir Patung di Bali sudah banyak menggambarkan makhluk-makhluk seram (demon) Di Bali relief yang mencolok berupa candi-candi yang dibuat di tebing sungai merupakan makam raja seperti yang ada di Gunung Kawi (Tampak Siring) Seni Sastra dan Aksara Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat. Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India. Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri. Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari. Bidang Teknologi Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian. Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan, ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik. Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha. Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief candi yang menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit. Sistem Kalender Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya : Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem Chandra Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan ada pada garis lurus. Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi. Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa dengan tahun/ kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat/ gambaran kata. Filsafat Lahir Astrologi yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan alam semesta/ astronomi. Contoh : orang memberi nama anak berdasarkan hari, tanggal, bulan lahirnya. Adanya buku primbon sebagai pedoman hidup dan tatanan tradisi yang semula hanya merupakan catatan turun temurun. Ajaran Hindu-Budha penuh dengan upacara keagamaan. Falsafah agama tersebut mengajarkan hal-hal yang bersifat pasifistis yaitu ajaran yang menuju pada kehidupan damai, menerima apa yang menjadi takdir karena semuanya ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Kebudayaan Islam MASJID Pada umumnya ada 3 jenis Masjid: Masjid Tradisional Atapnya berupa Meru disebut atap tumpang berasal dari ijuk/rumbia dengan jumlah ganjil (tiga atau lima).Tingkatan paling atas berbentuk LIMAS Terdapat Mihrab (tempat imam memimpin shalat) Contoh : Masjid Demak, Masjid Kudus CIRI MASJID DI JAWA Masjid tradisional Jawa umumnya berupa pendopo. Pola tiang penopang masjid mengikuti pola tiang penopang rumah tradisional masyarakat Jawa Bangunan terdiri dari 4 tiang utama (soko guru) dan 12 tiang pembantu disekelilingnya. Jika diperbesar maka tiang diluar ditambah menjadi 24 buah Bagian atapnya dibuat atap tumpang bukan tunggal seperti rumah tradisional di Jawa. Di masjid dilengkapi Kentongan atau Bedug MASJID MAKAM Disebut demikian karena dibelakang masjid biasanya terdapat makam para wali atau bahkan makam raja. Contoh: Masjid Makam Ampel, Demak, Kudus, Banten, Sendangduwur MASJID MODERN Cirinya tampak pada Bagian atap masjid (mendapat pengaruh budaya Persia dan India) yaitu berbentuk Kubah. Bentuk kubah masjid setengah bulatan seperti sebuah stupa Budha Dilengkapi Menara, tempat untuk Muazin mengumandangkan azan Contoh: Masjid Baiturrahman di Aceh Masjid Syuhada di Yogyakarta LETAK MASJID Letak Masjid di Jawa menggunakan komposisi Macopat. Dimana Masjid berada disebelah barat alun-alun, dekat istana MAKAM/NISAN Makam dilengkapi dengan Jirat (kijing) dan cungkup (kubah). Pengaruh Islam tampak pada : penggunaan ragam hias khas Islam yaitu bentuk melengkung seperti kubah masjid, disertai dengan tulisan Arab yang diambil dari ayat-ayat suci Al’Quran. Contoh : Nisan Fatimah binti Maemun di Leran Nisan Sultan Malik Al Saleh di Samudra Pasai SENI AKSARA Digunakan tulisan huruf Arab Melayu atau Arab Gundul Adanya larangan membuat gambar maupun patung berupa Makhluk Hidup terutama ditempat ibadah Berkembang tulisan Kaligrafi (huruf Arab yang berbentuk indah) yang digunkan untuk melukiskan makhluk hidup Seni Ukir Seni Ukir Islam disebut Kaligrafi, yang dapat dipahatkan pada kayu. Contoh : Kaligrafi/ukiran yang dipahatkan pada dinding depan Masjid Mantingan, Jepara Di Masjid Cirebon terdapat pahatan berbentuk harimau Pahatan berupa gambar tersebut disebut Arabesk SENI SASTRA Tampak pada karya sastra di Selat Malaka dan Pulau Jawa. Karya sastra yang berkembang: 1. Suluk,yaitu karya sastra yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh : Suluk Sukrasa, Suluk Wujil 2. Hikayat, yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebeluym masuknya Islam.Contoh: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Panji Semirang 3. Babad, yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat silsilah para raja suatu kerajaan Islam. Contoh: Babad tanah Jawi, Babd Cirebon, Babad Ranggalawe SISTEM PEMERINTAHAN Digunakan aturan-aturan Islam dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Terbukti dengan adanya : Raja Mataram Islam awalnya bergelar Sunan/Susuhunan, artinya dijunjung Raja akan diberi Gelar Sultan jika telah diangkat atas persetujuan khalifah yang memerintah di Timur Tengah Terdapat gelar lain yaitu Panembahan, Maulana. SOSIAL Mulai dikenal sistem demokrasi Tidak mengenal adanya sistem kasta Tidak mengenal perbedaan gologan dalam masyarakat FILSAFAT Setelah Islam lahir berkembanglah Ilmu filsafat yang berfungsi untuk mendukung pendalaman agama Islam. Abad 8 M, lahir dasar-dasar Ilmu Fikih Fikih, merupakan ilmu yang mempelajari hukum dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban umat Islam terhadap Tuhan dan sesama manusia. Dengan Fikih diharapkan umat Islam dapat hidup sesuai dengan kaidah Islam. Abad ke-10 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam dan Tasawuf Qalam, merupakan ajaran pokok Islam tentang keesaan Tuhan, Ilmu teologi/Ilmu ketuhanan/ Ilmu Tauhid. Asal mula lahirnya tasawuf karena pencarian Allah karena kecintaan dan kerinduan pada Allah. Tasawuf kemudian berkembang menjadi aliran kepercayaan. 3. Kebudayaan Barat Budaya Barat mengacu pada budaya yang berasal Eropa. Istilah "budaya Barat" digunakan sangat luas untuk merujuk pada warisan-warisan norma sosial, nilai-nilai etika, adat istiadat, keyakinan agama, sistem politik, artefak khusus, serta teknologi. · Kebudayaan Barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip artistik dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain. Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan tersebut umumnya telah dikumpulkan dalam kanon Barat. Beberapa kecenderungan yang dianggap mendefinisikan masyarakat Barat moderen, antara lain dengan adanya pluralisme politik, berbagai subkultur atau budaya tandingan penting (seperti gerakan-gerakan zaman baru), serta peningkatan sinkretisme budaya sebagai akibat dari globalisasi dan migrasi manusia. Dampak positif yang dapat kita ambil dari kebudayaan barat misalnya: a) Kemajuan teknologi mereka (orang-orang barat) yang sudah semakin maju dapat membantu kita memudahkan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari dengan bantuan alat-alat elektronik canggih yang mereka ciptakan. b) Dalam bidang politik, Negara barat cenderung menggunakan system demokrasi. Hal itu menginspirasikan pemerintahan Negara kita untuk mengunakan sitem pemerintahan yang terbuka dan demokratis. c) Dalam bidang sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir mereka yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa barat yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari kebudayaan barat diantaranya: a) Generasi muda sekarang lebih suka meniru gaya orang-orang barat, misalnya trend mode berbusana. Anak muda zaman sekarang lebih suka menggunakan barang-barang eksport dan berbusana yang minim-minim sehingga menyebabkan kurangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri. b) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. c) pergaulan masyarakat barat yang bebas mulai memengaruhi budaya Indonesia yang sebelumya lebih beradab. Kebebasan yang kelewat batas itu sebenarnya tidak cocok dengan nilai-nilai kebudayaan kita. Misalnya saja free sex yang sekarang ini marak terjadi di Negara kita. Padahal hal itu sangat bertentangan dengan kebudayaan kita yang menjunjung tinggi norma kesusilaan. d) Kurangnya rasa hormat tehadap orangtua dan tidak peduli terhadap lingkungan juga merupakan dampak yang ditimbulkan dari kebudayaan barat yang menganut kebebasan sehingga mereka bertindak sesuka hatinya. Daftar Pustaka http://pencerahan-sejarah.blogspot.com/2011/09/cara-menghitung-angka-kelahiran.html http://sejarawan.wordpress.com/2011/08/15/muncul-dan-berkembang-agama-hindu-budha-islam/ http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/12/periodisasi-perkembangan-budaya-pada.html http://senda-ronyrama.blogspot.com/2011/12/faktor-faktor-demografi-yang.html http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/02/pertumbuhan-penduduk.html http://ssbelajar.blogspot.com/2012/04/angka-kelahiran-dan-angka-kematian.html http://id.wikipedia.org/wiki/Tingkat_kelahiran http://kodimsblog.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-migrasi-dan-faktor-faktor.html http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/212/212/1/4/ http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195505051986011-WAHYU_ERIDIANA/Migrasi-1.pdf http://slamet-triyono.blogspot.com/2009/10/komposisi-penduduk.html http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Barat http://liaambar.wordpress.com/2010/10/12/dampak-kebudayaan-barat/ Created by : Nama : Nurul Dini Indriyani kelas : 1KA27 NPM :15112529 Penulisan artikel ini mengacu kepada : Satuan Acara Perkuliahan Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar Kode : HM011102 / 1 SKS Jurusan :Sistem Informasi (Fakultas ilmu komputer dan teknologi informasi ) Pokok Bahasan : Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan TIU : Mahasiswa dapat memahami dan menghayati berbagai kenyataan yang diwujudkan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat ,Mengkaji pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan sosial, Mengkaji hubungan antar masalah penduduk dengan perkembangan kebudayaan. Sub Pokok Bahasan dan TIK : 1. Pertumbuhan penduduk - Mahasiswa dapat menuliskan perkembangan penduduk dunia dengan menggunakan tabel - Mahasiswa dapat menuliskan penggandaan penduduk dunia dengan menggunakan tabel - Mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor demografi yang mempengaruhi pertambahan penduduk - Mahasiswa dapat menuliskan rumus tingkat kematian yang kasar - Mahasiswa dapat menulliskan rumus tingkat kematian khusus - Mahasiswa dapat menulliskan angka kelahiran - Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian migrasi - Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam migrasi - Mahasiswa dapat menyebutkan proses migrasi - Mahasiswa dapat menjelaskan akibat migrasi - Mahasiswa dapat menyebutkan 3 jenis struktur penduduk - Mahasiswa dapat menuliskan bentuk piramida penduduk stasioner, muda, tua - Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian rasio ketergantungan 2. Kebudayaan dan Kepribadian - Mahasiswa dapat menjelaskan pertumbuhandan perkembangan kebudayaan di Indonesia - Mahasiswa dapat menjelaskan kebudayaan Hindu, Budha dan Islam 3. Kebudayaan Barat - Mahasiswa dapat menjelaskan kebudayaan barat


No comments:

Post a Comment