Perkembangan
Penduduk Dunia Perkembangan penduduk dunia salah satunya dapat dilihat dari
jumlah penduduk dunia yang meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan estimasi yang
diterbitkan biro sensus amerika serikat, penduduk dunia mencapai 6,5 miliar
jiwa pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Dari sekitar 6,5 miliar
penduduk dunia, 4 miliar diantaranya tinggal di asia. Tujuh dari sepuluh negara
berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia.
Adapun daftar peringkat negara-negara yang memiliki penduduk
terbanyak dapat dilihat dalam tabel berikut : Pada tahun 1989, tanggal 11 Juli
ditetapkan sebagai Hari Penduduk Dunia. Bertambahnya populasi dunia melampaui
angka tujuh miliar dan prediksi melambungnya jumlah penduduk dunia hingga tahun
2050 yang akan mencapai sembilan miliar orang menjadi agenda utama berbagai
pertemuan internasional. Hal ini disebabkan oleh keterkaitan erat antara
masalah sosial, budaya dan ekonomi dengan populasi penduduk. Di laporan PBB
ditekankan kendala dari laju pertumbuhan populasi dunia berupa kian bertambah
lebarnya jurang pemisah antara negara kaya dan miskin dalam menggapai sumber
pangan, air, properti dan lapangan pekerjaan. Menurut pandangan pengamat PBB,
kondisi imigrasi dan warga pinggiran kota besar merupakan kendala lain dari
laju pertumbuhan populasi penduduk dunia. Karena warga pinggiran kota akan
menambah populasi warga miskin di perkotaan. Selain itu, bertambahnya jumlah
penduduk perkotaan di negara-negara miskin akan menambah beban negara sehingga
laju pertumbuhan ekonomi akan mengendur. Akhirnya generasi berikutnya akan tetap
dalam kemiskinan. Berdasarkan laporan PBB, hingga tahun 2050 Afrika dan Asia
akan memimpin dalam laju pertumbuhan penduduk kota. Populasi warga kota Afrika
dari 414 juta menjadi 1,2 miliar dan populasi penduduk kota di Asia dari 1,9
miliar menjadi 3,3 miliar orang. Dengan demikian kedua benua ini secara global
akan mengalami pertumbuhan penduduk kota sekitar 86 persen dari penduduk dunia.
Pembengkakan besar jumlah penduduk akan menciptakan kesempatan baru untuk
memperbaiki mekanisme pendidikan dan pelayanan publik di Afrika dan Asia.
Hal ini disebabkan warga kian terfokus dan upaya untuk
mempermudah mereka mengakses pelayanan. Laju pertumbuhan warga perkotaan
menimbulkan kendala baru seperti lapangan pekerjaan, properti, energi dan
infrastruktur penting untuk memerangi kemiskinan serta upaya untuk memerangi
meluasnya warga pinggiran kota serta lingkungan hidup. Sepertinya investasi di
bidang pendidikan generasi muda dan keselamatan mereka semakin urgen. Hal ini
penting mengingat dari sisi pertumbuhan ekonomi akan sangat bermanfaat bagi
generasi mendatang. Dampak dari laju pertumbuhan populasi penduduk dunia sama
seperti dampak sosial yang tidak terbatas pada wilayah tertentu. Mungkin untuk
jangka pendek sejumlah negara Dunia Ketiga tidak terlalu merasakan dampaknya
mengingat tidak adanya program yang tepat mengelola sumber daya dan kelemahan
strategi mereka dalam menghadapi berbagai kesulitan. Namun realitanya sejumlah
masalah seperti kemiskinan, krisis ekonomi, pangan dan polusi lingkungan hidup
akibat bertambahnya populasi masyarakat tidak mengenal batas dan menjadi isu
global. Untuk mencegah terjadinya bencana ini diperlukan langkah-langkah
praktis dan kerjasama seluruh penduduk dunia. (IRIB Indonesia).
Faktor-faktor Demografi yang mempengaruhi pertambahan
penduduk Faktor demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah sebagai
berikut :
1. Kematian Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan
manusia secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk
menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka
kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian
(pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas). Faktor
pendukung kematian (pro mortalitas) antara lain : - Sarana kesehatan yang
kurang memadai. - Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan -
Terjadinya berbagai bencana alam - Terjadinya peperangan - Terjadinya
kecelakaan lalu lintas dan industri - Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
Faktor penghambat kematian (anti mortalitas) antara lain : - Lingkungan hidup
sehat. - Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap. - Ajaran agama melarang
bunuh diri dan membunuh orang lain. - Tingkat kesehatan masyarakat tinggi. -
Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
2. Kelahiran ( Natalitas ) Kelahiran bersifat menambah
jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas)
dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas) Faktor-faktor penunjang kelahiran
(pro natalitas) antara lain : • Pernikahan pada usia muda, karena ada anggapan
bila terlambat menikah keluarga akan malu. • Anak dianggap sebagai sumber
tenaga keluarga untuk membantu orang tua. • Anggapan bahwa banyak anak banyak
rejeki. • Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua. • Anggapan bahwa penerus
keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang
akan ingin mempunyai anak lagi. Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti
natalitas), antara lain : • Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan
pembatasan jumlah anak. • Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita
minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun. •
Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. •
Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak
diberikan hanya sampai anak ke – 2. • Penundaaan pernikahan sampai selesai
pendidikan akan memperoleh pekerjaan. b Tingkat kematian kasar Angka Kematian
Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian
yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini
disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Kegunaan Angka
Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh
umur penduduk.
Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini
berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada
suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar
akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah. Kemudian kematian
ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000
kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum.
Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000
kelahiran Rumus a Tingkat kematian Khusus Angka kematian khusus menurut umur
atau Age Spesific Death Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya orang yang meninggal
tiap 1.000 orang penduduk pada usia tertentu dalam setahun. Biasanya angka ini
sangat tinggi pada kelompok usia lanjut, sedangkan pada kelompok usia muda
angka ini jauh lebih rendah. Di mana: ASBR = Lx/Px ASBR = angka kematian pada
umur tertentu Lx = jumlah kematian pada umur tertentu dalam setahun Px = jumlah
penduduk umur tertentu a Angka kelahiran Dalam demografi, istilah tingkat
kelahiran atau crude birth rate (CBR) dari suatu populasi adalah jumlah
kwlahiran per 1.000 orang tiap tahun. Secara matematika, angka ini bisa
dihitung dengan rumus CBR = n/((p) (1000)) di mana : n = jumlah kelahiran pada
tahun tersebut p = jumlah populasi saat penghitungan Indikator lain untuk
mengukur tingkat kehamilan yang sering dipakai: tingkat kehamilan total -
rata-rata jumlah anak yang terlahir bagi tiap wanita dalam hidupnya. Secara
umum, tingkat kehamilan total adalah indikator yang lebih baik untuk tingkat
kehamilan daripada CBR, karena tidak terpengaruh oleh distribusi usia dari
populasi.
Tingkat kehamilan cenderung lebih tinggi di negara yang
ekonominya kurang berkembang dan lebih rendah di negara yang pertumbuhan
ekonominya tinggi.
a Pengertian migrasi Migrasi penduduk adalah perpindahan
penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya. Perpindahan penduduk yang
berlangsung dalam masyarakat ada dua macam sebagai berikut. Perpindahan
vertikal, yaitu pindahnya status manusia dari kelas rendah ke kelas menengah,
dari pangkat yang rendah ke pangkat yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
Perpindahan horizontal, yaitu perpindahan secara ruang atau secara geografis
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Peristiwa inilah yang sering disebut
dengan migrasi, meskipun tidak setiap gerak horizontal disebut migrasi.
b Macam-macam migrasi - Migrasi internasional (migrasi
antarnegara) Migrasi internasional (migrasi antarnegara) adalah perpindahan
penduduk dari suatu Negara ke Negara lain. Migrasi internasional meliputi
imigrasi, emigrasi, dan remigrasi. - Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari
Negara lain ke suatu Negara dengan tujuan menetap. - Emigrasi, yaitu
berpindahnya penduduk atau keluarnya penduduk dari suatu Negara ke Negara lain
dengan tujuan menetap. - Remigrasi, yaitu kembalinya penduduk dari suatu Negara
ke Negara asalnya. - Migrasi internal (migrasi nasional) - Migrasi internal
(migrasi nasional) adalah perpindahan penduduk yang masih berda dalam lingkup
satu wilayah Negara. Perpindahan yang merupakan migrasi internal antara lain
sebagai berikut. - Urbanisasi Urbanisasi adalah prepindahan dari daerah
pedesaan ke daerah perkotaan.
c. Akibat migrasi Dampak positif migrasi terhadap daerah
yang ditinggalkan Berkurangnya jumlah penduduk sehingga mengurangi jumlah
pengangguran. Meningkatnya kesejahteraan keluarga di desa, Karena mendapat
kiriman dari yang pergi, terutama dari yang sudah hidup layak. “Seimbangnya”
lapangan pekerjaan di desa dengan angkatan kerja yang tersisa, karena banyak
orang yang meninggalkan desa. Dampak negatif migrasi terhadap daerah yang
ditinggalkan Berkurangnya tenaga kerja muda daerah. Kurang kuatnya stabilitas
keamanan karena hanya tinggal penduduk tua. Semakin berkurangnya tenaga
penggerak pembangunan di desa. Terbatasnya jumlah kaum intelektual di desa
karena penduduk desa yang berhasil memperoleh pendidikan tinggi di kota pada
umunya enggan kembali ke desa. Dampak positif migrasi terhadap daerah yang
dituju Jumlah tenaga kerja bertambah. Integrasi penduduk desa-kota semakin
tampak. Dampak negatif terhadap daerah yang dituju Semakin padat jumlah
penduduknya. Banyak terdapat pemukiman kumuh. Lalu lintas jalan semakin padat.
Lapangan kerja semakin berkurang sehingga banyak dijumpai pengangguran tuna
wisma, tuna susila, dan tindak kejahatan. Terdapat kesenjangan ekonomi dalam
kehidupan di masyarakat. Usaha-usaha Pemerintah dalam Menanggulangi
Permasalahan Akibat Migrasi
d. 3 struktur penduduk Umur penduduk dikelompokkan menjadi 3
yaitu: - Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif. - Umur 15
– 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif. - Umur 65 tahun
keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia jompo. Sesuai dengan
pengelompokkan umur di atas, maka struktur (susunan) penduduk negara-negara di
dunia dibagi 3 yaitu: - Struktur penduduk muda : bila suatu negara atau wilayah
sebagian besar penduduk usia muda. - Struktur penduduk dewasa : bila suatu
negara sebagian besar penduduk berusia dewasa. - Struktur penduduk tua : bila
suatu negara sebagian besar terdiri penduduk berusia tua. Bentuk piramida
penduduk stasioner, muda, tua · - Piramida penduduk muda - Berbentuk limas
Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar dibanding usia
dewasa. · - Piramida penduduk stasioner atau tetap berbentuk granat Bentuk ini
menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan usia dewasa. · -
Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan Piramida bentuk ini menunjukkan
jumlah penduduk usia muda lebih sedikit bila dibandingkan dengan usia dewasa.
Rasio ketergantungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah
perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah
penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.
Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio
Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. Rasio ketergantungan terbagi
dalam 2 jenis, yaitu : - Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah
penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun. - Rasio
Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas
dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun. Fungsi rasio ketergantungan Rasio
ketergantungan (dependency ratio) digunakan sebagai indikator yang secara kasar
dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju
atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu
indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. 2.
Kebudayaan dan kepribadian Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di indonesia
Berdasarkan Arkeologi, perkembangan budaya manusia Indonesia dapat di golongkan
menjadi beberapa periode yaitu : JAMAN
BATU Paleolithikum (batu tua) Ciri dari jaman ini adalah peralatan buat
dari batu masih kasar dan belum di asah. Alat dari batu ini di buat dengan cara
membenturkan batu yang satu dengan yang lainnya, pecahan batu yang menyerupai
kapak kemudian mereka gunakan sebagai alat.
Cara hidup manusia pada jaman plleolithikum adalah: nomad
dalam kelompok kecil, tinggal dalam gua atau ceruk karang, berburu,
mengumpulkan makanan (food gathering). Menurut Teuku Jacob, bahasa sebagai alat
komunikasi telah ada dalam tingkat sederhana. Berdasarkan tempat penemuannya,
jaman palleolithikum terbagi atas kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Pada
kebudayaan pacitan, peralatan yang di hasilkan adalah kapak genggam, alat
penetak (chopper), yang ditemukan oleh Koenigswald pada tahun 1935. Selain di
Pacitan, alat – alat tersebut di temukan pula di beberapa daerah seperti :
Sukabumi (Jabar) , Parigi, Gombong, (Jateng) , Lahat (Sumsel), Lampung , Bali,
Sumbawa, Flores, Sulsel, Kalsel dan Timor. Alat-alat tersebut di temukan pada
lapisan yang sama dengan di temukannya fosil Pitechanthropus Erectus. Pada
kebudayaan ngandong, peralatan yang ditemukan adalah flakes (alat serpih)
berupa pisau atau alat penusuk. Disamping itu ditemukan pula peralatan dari
tulang dan tanduk berupa belati, mata tombak yang bergerigi, alat pengorek ubi,
tanduk menjangan yang diruncingkan dan duri ikan pari yang diruncingkan.
Alat-alat tersebut ditemukan pula di daerah lain seperti di Sangiran dan Sargen
(Jateng). Manusia pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo
Wajakensis, karena di temukan pada lapisan tanah yang sama dengan ditemukannya
peralatan kebudayaan Ngandong. Mesolitihkum (batu tengah) Ciri dari jaman ini
adalah peralatan dari batu yang telah di asah bagian sisi tajamnya. Jaman ini
merupakan peralihan dari Palleolithikum ke Neolithikum. Yang menarik dari jaman
Messolithikum adalah di temukannya tumpukan sampah dapur yang kemudian di beri
istilah Kjokkenmoddinger dan Abris sous roche oleh penelitinya yaitu Callenfels
yang juga digelari sebagai bapak prasejarah).
Kjokkenmoddinger adalah tumpukan kulit kerang dan siput yang
telah membatu, yang banyak di jumpai di pinggir pantai. Sedangkan Abris sous
roche adalah tumpukan dari sisa makanan yang telah membatu di dalam gua. Cara
hidup Messolhitikum adalah sebagian masih food gathering dan berburu tetapi
sebagian telah menetap dalam gua dan bercocok tanam sederhana (berladang)
menanam umbi-umbian. Mereka juga telah pula menjinakan hewan dan menyimpan
hewan-hewan buruannya sebagai langkah awal untuk berternak. Mereka telah
membuat gerabah, mengenal kesenian dalam bentuk lukisan di dinding gua (lukisan
gua) ketika mereka telah menetap. Lukisan tersebut berupa gambar telapak tangan
berlatar belakang warna merah , gambar babi rusa yang tertancap Panah (di gua
Leang-Leang, Sulsel). Penelitiannya dilakukan oleh Heekren Palm pada tahun 1950
di gua pulau Muna , dimana berhasil di temukan berbagai lukisan manusia, kuda,
rusa, buaya, anjing. Sedangkan di Maluku dan Papua ditemukan lukisan gua dalam
bentuk gambar cap tangan, kadal, manusia, burung, perahu, mata, dan matahari.
Pada jaman Messolhituikum terbagi atas 3 kelompok budaya : kebudayaan flakes
(fleks culture), kebudayaan pebble (pebble culture) , dan kebudayaan tulang (bone
culture). kebudayaan ini di dukung oleh manusia dari jenis papua melanesoid
yang berasal dari Indo China .
Flakes culture atau peralatan berupa alat serpih, yang telah
ada sejak jaman Palleolithikum, menjadi sangat penting pada jaman messolithikum
karena memunculkan corak tersendiri. Terutama setelah mendapatkan pengaruh dari
budaya daratan. Dua orang peneliti berkebangsaan Swiss (Fritz Sarasin dan Paul
Sarasin ) antara tahun 1893-1896, melakukan penelitian di Sulsel, dan berhasil
menemukan fleks . Peralatan sejenis juga di temukan di daerah lain yaitu
Bandung (fleks dari obsidian yaitu batu hitam yang indah), Flores, NTT dan
Timor. Flakes culture merupakan pengaruh dari Asia daratan yang masuk ke
Indonesia melalui jalur timur yaitu Jepang, Taiwan, Philipina, Sulawesi. Pebble
culture, peralatan berupa kapak genggam sumatera (pebble), kapak pendek (hacte
curte), batu penggiling, dan pisau. Callenfels pada 1925, melakukan penelitian
di pesisir Sumatera dan menemukan peralatan di atas bersama Kjokkenmoddinger.
Pebble culture merupakan pengaruh dari kebudayaan Bacson Hoabinh (Indo china)
yang masuk ke Indonesia melalui jalur barat yaitu Malaka dan Sumatera. Bone
culture, penelitian di lakukan oleh Callenfels 1928-1931 di Sampung Ponorogo.
Peralatan tersebut ditemukan bersama dengan Abris sous roche di dalam gua. Di
gua-gua juga ditemukan fosil dari jenis manusia Papua Melanesoide, yang
merupakan nenek moyang orang Papua (Irian). Peralatan dan fosil sejenis di
temukan pula di Besuki dan Bojonegoro. Salah satu peninggalan zaman mesolitik
berupa Abris sous roche. Neolhitikum (batu muda) Ciri jaman batu muda adalah
pemakaian peralatan dari batu yang telah diasah halus karena telah mengenal
tehnik mengasah. Pada jaman ini terjadi revolusi kehidupan yaitu perubahan dari
kehidupan nomad dengan food gathering menjadi menetap dengan food producing.
Cara hidup pada jaman neolithikum adalah hidup menetap,
bertempat tinggal dekat sumber air, food producing (menghasilkan makanan dari
bercocok tanam dan berternak walaupun berburu masih dilakukan terutama pada
waktu senggang), membuat rumah bertonggak dengan atap dari daun-daunan membuat
kain dari kulit kayu (ditemukan pemukul kulit kayu), membuat perahu atau rakit,
membuat perhiasan dari batu-batu kecil indah. Menurut penelitian mereka
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu polinesia. Pada akhir jaman ini
telah dikenal kepercayaan dalam bentuk Animisme (kepercayaan tentang adanya
arwah nenek moyang yang memiliki kekuatan gaib) dan dinamisme (kepercayaan
terhadap benda-benda yang dianggap memilki kekuatan gaib). Mereka percaya bahwa
setelah mati ada kehidupan lain sehingga di adakanlah berbagai upacara terutama
bagi kepala sukunya. Mayat yang dikubur disertai dengan berbagai macam benda
sebagai bekal di alam lain, dan sebagai peringatan maka di bangunlah berbagai
monument (bangunan) yang rutin diberi sajian agar arwah yang meninggal
(leluhur) melindungi dan memberikan kesejahteraan bagi sukunya.
Pada jaman ini pembuatan gerabah memegang peranan penting
sebagai wadah atau tempat dalam kehidupan sehari-hari. Adapula gerabah yang
digunakan untuk keperluan upacara dan gerabah yang dibuat dengan indah baik
bentuk maupun hiasannya. Berdasarkan peralatannya kebudayaan jaman neolitihkum
di bedakan menjadi kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong berasal dari
Heine Geldern berdasarkan kepada penampang yang berbentuk persegi panjang dan
lonjong. Kebudayaan kapak persegi Kebudayaan kapak persegi berasal dari Asia
daratan yang menyebar ke Indonesia melalui jalur barat melalui Malaka, Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusatenggara. Terdapat kapak persegi ukuran
kecil (di gunakan sebagai fungsi kapak) dan yang ukuran besar (digunakan
sebagai fungsi beliung atau cangkul). Dibeberapa daerah ditemukan bekas-bekas
pusat kerajinan kapak persegi seperti di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi,
Purwakarta, Tasik (Jabar), Pacitan (Jatim). Kebudayaan kapak persegi di dukung
oleh manusia Proto Melayu (Melayu Tua) yang migrasi ke Indonesia menggunakan
perahu bercadik sekitar 2000 SM (Sebelum Masehi). Yang merupakan keturunan ras
Melayu Tua adalah suku Sasak , Toraja, Batak dan Dayak . Di Minahasa (Sulut) di
temukan kapak bahu, sejenis kapak persegi di beri leher untuk pegangannya.
Kebudayaan kapak lonjong Ukuran kapak lonjong ada yang besar (walzenbeli) dan
kecil (kinbeli), sering di sebut dengan istilah Neolith Papua karena
penyebarannya terbatas di Irian saja oleh bangsa Papua Melaneside. Dari
peralatan yang ditemukan, baik kapak persegi maupun kapak lonjong di buat dari
batu api (chalcedon), terdapat pula kapak yang tidak terdapat tanda-tanda bekas
dipakai dalam bentuk yang indah (sebagai alat berharga, lambang kebesaran atau
jimat).
JAMAN LOGAM Jaman perunggu Kebudayaan perunggu
di Asia Tenggara merupakan pengaruh dari kebudayaan Dongson, yang berkembang di
Vietnam. Geldern berpendapat bahwa kebudayaan Dongson berkembang paling muda
sekitar 300 SM (sebelum Masehi). Pendukung kebudayaan perunggu adalah bangsa
Deuteuro Melayu (Melayu Muda) yang migrasi ke Indonesia sambil membawa
kebudayaan Dongson. Keturunannya adalah Jawa, Bali, Bugis, Madura, dll. Bahkan
ditemukan beberapa bukti bahwa telah terjadi pembaruan antara Melayu
Monggoloide (Proto melayu dengan Deuteuro melayu) dan Papua Melaneside. Ciri
jaman perunggu adalah pemakaian peralatan dari logam yang dikembangkan melalui
tehnik bivalve (rangkap) dan a cire perdue (cetak lilin). Namun bukanlah
berarti setelah itu peralatan dari batu dan gerabah di tinggalkan karena masih
terus dipergunakan bahkan sampai sekarang . Ciri kehidupan pada jaman perunggu
adalah telah terbentuk perkampungan yang teratur dipimpin oleh kepala suku atau
ketua adat, tinggal di dalam rumah bertiang yang besar yang bagian bawahnya
dijadikan tempat ternak, bertani (berladang dan bersawah) dengan sistem irigasi
sehingga pengairan tidak selalu bergantung kepada hujan. Telah terdapat
pembagian kerja berdasarkan keahlian sehingga munculah kelompok undagi (tukang
yang ahli membuat peralatan logam). Mereka telah menguasai ilmu Astronomi
(untuk kepentingan pelayaran dan pertanian ) dan membuat perahu bercadik.
Beberapa hasil budaya pada jaman perunggu adalah kapak corong (kapak sepatu),
candrasa (kapak corong yang salah satu sisinya memanjang), terdapat candrasa
dan kapak corong yang indah dan tidak ada tanda-tanda bekas di gunakan. Nekara
(seperti dandang tertulungkup), moko (nekara yang lebih kecil), terdapat
berbagai perhiasan seperti garis lurus , piln-pilin, binatang, rumah, perahu,
lukisan orang berburu, tari dan lukisan orang China (monggol). Selain itu
mereka membuat bejana perunggu (berbentuk seperti periuk yang gepeng) dengan
hiasan indah (dalam bentuk garis dan burung merak), arca perunggu (ditemukan di
Bangkinag – Sulsel , Bogor - Jabar, dan Riau ) serta perhiasan perunggu seperti
gelang, kalung, anting, dan cincin. Kebudayaan megalithikum (batu besar) Di
sebut kebudayaan batu besar karena pada umumnya menghasilkan kebudayaan dalam
bentuk monument yang terbuat dari batu berukuran besar. Kebudayaan ini muncul
pada akhir jaman neolhitikum, tetapi perkembangannya justru terjadi pada jaman
perunggu (kebudayaan Dongson).
Hasil-hasil dari kebudayaan megalithikum memberikan petunjuk
kepada kita mengenal perkembangan kepercayaan, terutama pemujaan terhadap arwah
nenek moyang, yang memang telah mulai nampak pada akhir jaman neolithikum.
Berikut ini adalah hasil-hasil budaya megalhitikum : Menhir atau tugu batu yang
terbuat dari batu tunggal, yang berfungsi sebagai tanda peringatan dan
melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pemujaan. Menhir banyak
di temukan di Pasemah, Lahat, Sungai Talang Koto (Sumatera), Nagada (Flores).
Dolmen atau meja batu tempat sesaji, ada yang di sangga oleh menhir dan ada
pula yang digunakan sebagai penutup keranda atau sarchopagus, yang demikian
dinamakan dengan pandhusa. Sarcophagus (keranda) adalah peti mati tempat
penyimpanan mayat yang berbentuk lesung terbuat dari batu utuh yang diberi
tutup. Di Bali di temukan keranda yang berisi tulang belulang manusia, barang
perunggu serta manik-manik. Kubur batu, peti mayat yang di pendam di dalam tanah
berbentuk persegi panjang dengan ke empat sisinya di buat dari lempengan –
lempengan batu. Ada pula yang di sebut waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk
bulat. Kubur batu banyak di temukan di Kuningan (Jabar), Pasemah (Sumatera),
Wonosari (Yogja) dan Cepu (Jateng). Punden berundak, bangunan pemujaan terhadap
roh nenek moyang yang berupa susunan batu bertingkat, banyak ditemukan di
Banten, Garut, Kuningan, Sukabumi (Jabar). Dalam perkembangan selanjutnya,
punden berundak merupakan dasar dalam pembuatan candi, bangunan keagamaan
maupun istana. Selain itu di temukan pula hasil budaya megalithikum dalam
bentuk patung atau arca manusia yang menggambarkan wujud nenek moyang atau arca
binatang. Patung banyak di temukan di daerah Pasemah (Sumatera), sementara di
di lembah Bada (Sulteng) ditemukan patung manusia (laki- laki dan perempuan).
Kebudayaan hindu, budha, dan islam. Perkembangan agama
Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di
Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari
tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia.
Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit
putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban
Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan
mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai
suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut
juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa
Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria
bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup
bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau
bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan
Pegunungan Vindhya. Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa
(Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan
asli bangsa Dravida yang masih memuja roh nenek moyang.
Berkembanglah Agama Hindu yang merupakan sinkretisme
(percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida.
Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu
(Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama
Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut
kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu. Daerah perkembangan
pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta
(Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu). DEWA Orang Arya
percaya dan memuja banyak dewa (Polytheisme). Bagi mereka, tiap-tiap dewa
merupakan lambang kekuatan terhadap alam sehingga perlu disembah/ dipuja dan
dihormati. Contoh dewa dalam kepercayaan bangsa Arya: Pretivi sebagai dewa
Bumi, Surya sebagai Dewa Matahari, Vayu sebagai Dewa Angin, Varuna sebagai Dewa
Laut, Agni sebagai Dewa Api. Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama,
yaitu: Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu. Wisnu sebagai dewa
pemelihara alam Siwa sebagai dewa perusak Ketiga dewa tersebut dikenal dengan
sebutan Tri Murti KITAB SUCI Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya
pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh
golongan pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk
melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitab
Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu: Reg Veda, berisi tentang
ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat
bangsa Aria ada di Punjab. Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu
diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah.
Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat
diselenggarakan upacara agama. Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera
gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya
menguasai Gangga Hilir. Selain itu terdapat kitab-kitab sebagai berikut. Kitab
Brahmanas berisi pedoman ritual keagamaan bagi para Brahmana. Kitab Brahmana
merupakan tafsir dari kitab Weda Upanishad berisi khotbah-khotbah gaib. Kitab
Upanisad berisi ajaran tentang cara-cara menghindarkan diri dari samsara.
Aranyakas berisi kitab untuk para pertapa. Om merupakan simbol agama Hindu jika
diucapkan secara sangat sakral sama saja dengan berdoa itu sendiri. SISTEM
KASTA Sistem kemasyarakatan yang tercipta dalam masyrakat Hindu menurut Kitab
Rig-Vega adalah sebagai berikut: Mereka hidup di desa, mata pencaharian mereka
beternak dan bertani.
Mereka mengenal pertenunan, pembuatan barang keramik dan
pertukangan. Kepala pemerintahan tertinggi, raja yang berkuasa turun temurun.
Dibantu dewan tertua dan kaum Brahmana. Mengenal pembagian masyarakat atas
kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian
tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka. Brahmana bertugas mengurus
soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta. Keberadaan kasta ini ada
pada posisi paling penting dan punya pranan yang sangat besar bagi berjalannya
pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai seluk beluk
agama Hindu, serta menjadi penasehat raja. Ksatria berkewajiban menjalankan
pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk dalam kasta ini adalah
para bangsawan, raja dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta ini
memiliki kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi
tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb.
Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak. Mereka yang tergolong dalam
kasta ini adalah para pedagang besar (saudagar),para pengusaha. Dalam golongan
masyarakat biasa kasta ini cukup memiliki peran penting. Sudra bertugas sebagai
petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak. Mereka adalah para pekerja kasar.
Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya
kurang diperhatikan. Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari
pengemis dan gelandangan. Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian
terhadap keturunan bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada
ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang
berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada
keturunan.
Dalam konsep Hindu sesorang hanya dapat terlahir sebagai
Hindu bukan menjadi Hindu. Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi
dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa
Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.
Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat
pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga
Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi. KITAB SUCI Ajaran agama
Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga
dan pitaka artinya keranjang). Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan,
yaitu : Sutta (Suttanata) Pitaka berisi kumpulan khotbah, pokok-pokok atau
dasar ajaran sang Buddha Vinaya Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang
berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam peraturan dan hukum yang
menentukan cara hidup para pemeluknya. Abhrdharma Pitaka berisi filosofi
(falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin KOTA SUCI
Ada 4 tempat yang dianggap suci oleh umat Budha karena berhubungan dengan
kehidupan Sidharta. Keempat tempat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Taman Lumbini di Kapilawastu sebagai tempat kelahiran
Sidharta (563 SM). Sementara itu masa kecil Sidharta di lewatkan di daerah
Kapilawastu tersebut.
2. Bodh Gaya sebagai tempat Sidharta menerima penerangan
agung.
3. Benares (Taman Rusa) sebagai tempat Sidharta pertama kali
mengajarkan ajarannya.
4. Kusinegara merupakan tempat wafat Sidharta (482 SM)
5. Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung dan
kematian Sidharta terjadi pada tanggal yang bersamaan yaitu waktu bulan purnama
pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Budha sebagai
Triwaisak.
PERKEMBANGAN AGAMA BUDHA
Perkembangan Agama Budha mencapai puncaknya kejayaannya pada
masa pemerintahan raja Ashoka dari Dinasti Maurya. Ia mampu menjadikan ¾
wilayah India menganut agama Budha dan Ia menetapkan agama Budha sebagai agama
resmi negara. Perkembang agama Budha saat itu cepat serta dapat diterima
masyarakat India. Selain faktor utama ini terdapat juga faktor pendukung
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Penyebaran agama Budha dilakukan dengan mengunakan bahasa
rakyat sehari-hari seperti bahasa Prakrit, dan bukan bahasa Sansekerta yang
hanya dikuasai dan dimengerti oleh kaum Brahmana.
2. Ajaran agama Budha dapat diterima/ dianut dan disebarkan
pada siapapun tidak hanya pada golongan tertentu sehingga dapat disebut ajaran
Sidharta ini bersifat non-eksklusif.
3. Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab
sistem ini dipandang akan membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya.
Sehingga dalam Budha laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja
semuanya punya hak yang sama dalam kehidupan ini.
PERPECAHAN AGAMA BUDHA
Setelah 100 tahun wafatnya Sang Budha timbul bermacam-macam
penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha. Perpecahan dalam agama Budha terjadi
karena masing-masing mempunyai pandangan/ aliran sendiri. Diantaranya aliran
yang terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana.
1. Hinayana artinya kendaraan kecil. Menurut aliran ini tiap
orang wajib berusaha sendiri untuk mencapai nirwana. Untuk mencapai Nirwana
sangat tergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Hinayana, lebih tertutup
hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Yang berhak menjadi Sanggha adalah
para biksu dan biksuni yang berada di Wihara. Ajarannya lebih mendekati Budha
semula. Pengikutnya sebagian besar berada di daerah Srilanka, Myanmar (Birma),
dan Muangtai.
2. Mahayana artinya kendaraan besar. Mahayana, sifatnya
terbuka. Penganut aliran ini mengajarkan pembebasan bagi diri sendiri serta
bermisi pembebasan bagi orang lain. Setiap orang berhak menjadi Sanggha sejauh
sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk sang Budha. Jadi aliran Mahayana
mengajarkan untuk mencapai Nirwana setiap orang harus mengembangkan
kebijaksanaan dan sifat welas asih (belas kasih). Setiap manusia berusaha hidup
bersama/ membantu setiap orang lain dalam mencapai Nirwana. Ajarannya sudah
berbeda dengan ajaran Budha semula. Para pengikutnya sebagian besar ada di
daerah Indonesia, Jepang, Cina, dan Tibet.
AJARAN SANG BUDHA
Budha mengajarkan 4 kenyataan dalam hidup, yaitu bahwa: 1.
Hidup merupakan samsara 2. Samsara disebabkan oleh nafsu yang menguasai manusia
3. Samsara dapat dihilangkan dengan menghilangkan nafsu 4. Untuk menghilangkan
nafsu, ditempuh delapan jalur kebenaran. Delapan Jalan Kebenaran : - Mempunyai
pandangan yang benar – Punya penghidupan yang benar - Mempunyai niat yang benar
– Berusaha yang benar - Berbicara yang benar – Memperhatikan hal-hal yang benar
- Berbuat yang benar – Bersemadi yang benar Tiga Kebaktian (Tri Dharma)dalam
agama Budha : 1. Berbakti kepada Sang Budha 2. Berbakti kepada ajaran-ajarannya
3. Berbakti kepada Sanggha (jemaat Perkumpulan) Tridharma jika diucapkan oleh
seseorang yang mau masuk agama budha adalah sebagai berikut. 1. Saya mencari
perlindungan pada Budha 2. Saya mencari perlindungan pada Dharma 3. Saya
mencari perlindungan pada Sanggha Selain Tridarma dalam agama Budha dikenal
juga Triratna yang berarti tiga mutiara, terdiri dari Budha, Dharma, dan
Sanggha. Budha, yaitu Sidharta yang telah dianggap sebagai dewa Dharma, yaitu
kewajiban yang harus ditaati oleh umat Buddha. Sanggha, yaitu aturan/
perkumpulan dalam agama Budha PERSAMAAN dan PERBEDAAN AGAMA HINDU-BUDHA
Persamaan Hindu dan Budha : Sama-sama tumbuh dan berkembang di India Selalu
berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran kebenaran dalam kehidupan manusia
di dunia ini. Diarahkan pada tindakan-tindakan yang dibenarkan oleh agama.
Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa kegelapan/ mengantarkan umat
manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu kesempurnaan. Perbedaan
Hindu dan Budha : HINDU BUDHA Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan
bangsa Dravida Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang diperoleh
Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju kesempurnaan(nirwana) Kitab
sucinya, WEDA Kitab Sucinya, TRIPITAKA Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut
Trimurti Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/ pemimpin agama Budha
Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 golongan yang disebut Kasta
(kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima secara turun-temurun/didasarkan
pada keturunan). Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang
dalam masyarakat adalah sama. Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan
kewajiban seseorang Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita Agama
Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum pendeta/Brahmana dan disebarkan/
diajarkan pada golongan tertentu sehingga sering disebut agamanya kaum
brahmana. Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa
memandang kasta Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa
Sansekerta Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa rakyat
sehari-hari, seperti bahasa Prakrit Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai
dengan bantuan/bimbingan pendeta Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan
dengan usaha sendiri yaitu dengan meditasi Seorang terlahir sebagai Hindu bukan
menjadi Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan sejak lahir. Kehidupannya
ditentukan oleh darma baik yang berhasil dilakukan semasa hidup Mengenal adanya
kelahiran kembali setelah kematian (reinkarnasi) Tidak menenal reinkarnasi
tetapi mengenal karma Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban Tidak
dibenarkan mengadakan upacara korban MASUKNYA AGAMA HINDU dan BUDHA DI
INDONESIA Persebaran agama dan budaya Hindu-Budha dari India ke Indonesia
melalui jalur lalu lintas perdagangan dan pelayanan. Sejak awal abad 1 M
Indonesia telah menjalin hubungan dagang dengan negara lain. Hal ini,
dikarenakan letak geografis Indonesia yang sangat strategis sehingga
memungkinkan hubungan dagang dengan negara lain. Pelayaran di Indonesia awalnya
dilakukan hanya sebagai lalu lintas utama penghubung antarpulau tetapi kemudian
hal tersebut mendorong adanya aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan
tersebut akhirnya dilakukan bukan hanya di Indonesia saja. Hal ini disebabkan
karena : Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan Cina maka
perlayaran dan perdagangan Asia semakin ramai. Sehingga wilayah yang dilalui
jalur perlayaran dan perdagangan tersebut ikut aktif dalam perdagangan.
Indonesia sebagai wilayah yang strategis menjalin hubungan dengan Cina dan
India. Wilayah Indonesia yang berada di sebelah Timur India menyebabkan para
pelaut India lebih mudah mencapai Indonesia dan terbentuklah perdagangan antara
India dan Indonesia. Didukung adanya pola angin musim yang berubah arah setiap
6 bulan. Didukung adanya perluasan kekuasaan kerajaan Cina yang membawa
kekuasaannya ke Asia Tenggara mendorong timbul perdagangan maritim di Asia
Barat ke Cina Selatan melalui Indonesia. Perdagangan di Asia Barat didukung
oleh para pedagang India. Barang perdagangan: emas, kayu cendana,
rempah-rempah, kayu wangi, kapur barus, dan kemenyan dari India sampai
Indonesia. Melalui perdagangan tersebut berkembanglah kebudayaan Asing termasuk
India serta Agama Hindu dan Budha yang dianut oleh sebagian besar pedagang
India. Agama tersebutlah yang kemudian dianut oleh raja-raja di Indonesia yang
selanjutnya mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia.
Masuknya dan berkembangnya Agama Hindu di Indonesia Terdapat beberapa teori
mengenai siapakah yang membawa masuknya agama dan kebudayaan Hindu di
Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain: 1. Teori Sudra (dikemukakan oleh
Van Feber) Inti dari teori ini adalah bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu
ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra. Pendapat dari
Van Feber adalah bahwa: Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan
kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai
pekerja kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan
sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia. Orang
berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak jarang dianggap
sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah
lain bahkan keluar dari India hingga ada yang sampai ke Indonesia agar mereka
mendapat kedudukan yang lebih baik dan lebih dihargai. Bantahan ahli terhadap
teori ini adalah sebagai berikut. Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk
ajaran agama Hindu sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang
digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu).
Terlebih tidak sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui
isinya. Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat
penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka).
Sehingga jika mereka ke tempat lain pasti hanya untuk mewujudkan tujuan utama
mereka bukan untuk menyebarkan agama Hindu. Dalam sistem kasta posisi kaum
sudra ada pada kasta terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan
agama Hindu yang merupakan milik kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka
menyebarkan agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana,
kasta yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah. 2. Teori Waisya
(dikemukakan oleh NJ.Krom) Inti dari teori ini yaitu bahwa masuk dan
berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang India berkasta Waisya
yaitu golongan pedagang. Mereka datang dan berperan sebagai penyebar agama
Hindu ke Indonesia. Seperti bangsa Gujarat yang menjadi pedagang pada zaman
Islam atau bangsa Barat pada zaman modern. Menurut NJ.Krom ada 2 kemungkinan
Agama Hindu disebarkan oleh pedagang: Para pedagang dari India melakukan
perdagangan dan akhirnya sampai ke Indonesia memang hanya untuk berdagang.
Melalui interaksi perdagangan itulah agama Hindu disebarkan pada rakyat
Indonesia. Para pedagang dari India yang singgah di Indonesia kemudian
mendirikan pemukiman sembari menunggu angin musim yang baik untuk membawa
mereka kembali ke India. Merekapun akan berinteraksi dengan penduduk sekitar
dan menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia. Selanjutnya jika ada yang
tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah serta
berketurunan maka melalui keturunan inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat
sekitar. Teori Ksatria sering juga disebut dengan teori Kolonisasi . Hal ini
disebabkan karena dilakukan penyerbuan dan penklukkan. Bantahan terhadap teori
ini : Tidak mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan kedudukan
mulia sebagai raja di wilayah lain, sedangkan di Indonesia masa itu, seseorang
dapat menjadi pemimpin suatu wilayah karena dia dirasa mempunyai kemampuan
lebih daripada yang lainnya. Tidak mungkin rakyat menginginkan orang yang telah
mengalahkan rakyat di wilayah itu untuk menjadi raja mereka karena mereka pasti
harus hidup dalam tekanan dari orang yang tidak mereka kenal. Tidak ada bukti
yang kuat baik itu di Indonesia maupun di India bahwa penyerbuan yang dilakukan
bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu. Selain itu tidak ada bukti pendudukan
atas beberapa daerah di Indonesia oleh bangsa India yang bertujuan untuk
menyebarkan agama. Padahal suatu penaklukkan pasti akan dicatat sebagai sebuah
kemenangan. Memang pernah ada serbuan dari bangsa India yang terjadi 2 kali
dalam waktu singkat oleh kerajaan Colamandala (raja Rajendra Coaldewa) atas
kerajaan Sriwijaya yaitu pada tahun 1023 M dan 1030 M. Meskipun berhasil
menawan raja Sriwijaya tetapi serangan tersebut berhasil dipatahkan/dikalahkan.
Jika terjadi kolonisasi /penaklukkan pasti akan disertai dengan pemindahan
segala aspek/unsur budaya masyarakat India secara murni di Indonesia seperti
sistem kasta, tatakota, pergaulan, bahasa, dsb. Tetapi kehidupan masyarakat di
Indonesia tidak menunjukkan hal yang sama persis (tidak asli) dengan kehidupan
masyarakat India dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi penguasaan
secara mendasar pada segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya
Indonesia memiliki peran yang besar dalam proses pembentukan budaya
India-Indonesia sehingga yang tampak adalah bentuk akulturasi budayanya. Teori
Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur) Inti dari teori ini adalah bahwa yang
membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia adalah kaum brahmana
dari India. Teori ini memang paling mudah diterima. Menurut J.C. Van Leur
beberapa alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh brahmana: Agama Hindu
adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham
mengenai ajaran agama Hindu. Urusan keagamaan merupakan monopoli kaum Brahmana
bahkan kekuasaan terbesar dipegang oleh kaum Brahmana sehingga hanya golongan
Brahmana yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu. Prasasti Indonesia yang
pertama menggunakan berbahasa Sansekerta, sedangkan di India sendiri bahasa itu
hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan Hindu. Bahasa Sansekerta
adalah bahasa kelas tinggi sehingga tidak semua orang dapat membaca dan menulis
bahasa Sansekerta. Di India hanya kasta Brahmana yang menguasai bahasa
Sansekerta sehingga hanya kaum Brahmana-lah yang dapat dan boleh membaca kitab
suci Weda. Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui
dan kuat seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan
kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mensyahkan
kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikenal istilah
kerajaan. Karena upacara penobatan tersebut secara Hindu maka secara otomatis
rajanya juga dinyatakan beragama Hindu, jika raja beragama Hindu maka
rakyatnyapun akan mengikuti rajanya beragama Hindu. Ketika menobatkan raja kaum
Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Sebelum kembali ke India tak
jarang para Brahmana tersebut akan meniggalkan Kitab Weda-nya sebagai hadiah
bagi sang raja. Kitab tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh sang raja dan
digunakan untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Para brahmana sengaja
didatangkan ke Indonesia karena raja yang telah mengenal Brahmana secara khusus
meminta Brahmana untuk mengajar di lingkungan istananya. Dari hal inilah maka
agama dan budaya India dapat berkembang di Indonesia. Sejak itu mulailah secara
khusus kepala suku-kepala suku yang lain yang tertarik terhadap budaya dan
ajaran Hindu mengundang kaum Brahmana untuk datang dan mengajarkan agama dan
budaya India kepada masyarakat Indonesia. Teori ini didukung dengan adanya
bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera
(populer dengan nama Kampung Keling) yang banyak ditempati oleh orang Keling
dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama
(perkawinan dan kematian). Bantahan terhadap teori ini : Mempelajari bahasa
Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh
raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya
bahkan menyebarkan pada yang lain. Sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum
Brahmana dalam mempelajarinya. Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang
untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan
hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan
para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar. Dari keempat teori
tersebut teori yang paling tepat dan disepakati ahli mengenai masuknya agama
Hindu dan Budha di Indonesia adalah teori Brahmana, yaitu bahwa brahmana/
pendeta dari Indialah yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha ke
Indonesia. Istilah pendeta juga digunakan dalam agama Budha. Adapun prosesnya
sebagai berikut. Masuknya Agama Hindu ke Indonesia : Para pendeta dari India
mempunyai misi/tugas khusus untuk menyebarkan agama Hindu, pada akhirnya sampai
juga mereka ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Setiba di Indonesia mereka
akan melakukan upacara pengembalian kasta agar mereka memiliki hak untuk
menyebarkan ajaran agama. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal
(kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka
para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Adapula penguasa
lokal yang kemudian dinobatkan jadi raja serta diHindukan, sehingga jika
rajanya beragama Hindu maka akan lebih mudah untuk menyebarkan agama Hindu di
daerahnya. Proses ini tidak dapat terjadi hanya satu kali langsung diterima
tetapi membutuhkan proses yang lama. Masuknya Agama Budha ke Indonesia : Dalam
ajaran agama budha juga terdapat misi khusus untuk menyebarkan agama Budha,
misi tersebut dikenal dengan Dharmadhuta. Untuk menjalankan misinya tersebut
maka pendeta Budha melalui jalur pelayaran dan perdagangan menuju ke Indonesia.
Setibanya di Indonesia mereka akan menemui raja/ penguasa lokal setempat guna
meminta izin untuk menyebarkan agama Budha. Selanjutnya mereka mulai
mengajarkan dan menyebarkan agama Budha, jika pengusa lokal tertarik dan
memutuskan untuk menganut ajaran agama Budha itu akan menjadi semakin mudah
bagi perkembangan agama Budha di daerah tersebut. Jikapun raja tidak tertarik
menganut agama Budha tapi memberi izin pada para pendeta tersebut untuk
menyebarkan agama Budha maka mereka akan mendirikan perkumpulan umat/ jemaat
Budha yang disebut Sangha. Dari keempat teori yang ada menurut para ahli tidak
ada yang cocok menyatakan proses perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia
sehingga mereka mengemukakan suatu teori baru untuk menjelaskan proses
perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia yaitu Teori Arus Balik. Teori Arus
Balik sepakat bahwa yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha di
Indonesia adalah para pendeta India, tetapi yang menyebarkan agama Hindu-Budha
ke rakyat Indonesia bukan para pendeta India melainkan orang Indonesia yang
diutus oleh raja Indonesia untuk mempelajari agama dan budaya para pendeta
India di negara asalnya yaitu India. Setelah utusan tersebut menguasai ajaran
agama maka mereka akan kembali ke Indonesia dan menyampaikan pada raja. Raja
yang telah mendapat laporan selanjutnya akan meminta utusan tersebut
menyebarkan dan mengajarkan pengetahuan yang di peroleh dari India tersebut
pada penduduk/ rakyat kerajaan tersebut. Maka semakin berkembanglah ajaran
agama baik Hindu maupun Budha dan terbentuklah kerajaan yang berciri baik itu
Hindu maupun Budha. Jadi kesimpulan proses masuk dan berkembangnya agama dan
budaya Hindu-Budha ke Indonesiaadalah sebagai berikut. Agama Budha Agama Budha
masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi
Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari,
serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk
ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu
melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk
ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut,
persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai
ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai
mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi
mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin
melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga
mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal
baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut
tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan
penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia
berbeda dengan di India. Agama Hindu Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan
agama Hindu dan melalui jalur perdagangan akhirnya sampai di Indonesia.
Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa
lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung
mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah
seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran
agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma
dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi
kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala
suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna
belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka
kemudian menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang
mereka mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para
penguasa di Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk
mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama
Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah
tersebut. - AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDHA-ISLAM di INDONESIA PERKEMBANGAN
TRADISI HINDU-BUDHA DI INDONESIA Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat
Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para
pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia
guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk
setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama
Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut. 1.
Periode Awal (Abad V-XI M) Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan
lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia
terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu,
Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram
Kuno. 2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M) Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan
Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah
sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan
munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada
peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan
Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang
merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama
Hindu-Budha. Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa.
Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur. 3. Periode Akhir (Abad
XVI-sekarang) Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan
periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan
politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi
pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang
Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal
dari Bali bukan lagi dari India. AKULTURASI Masuknya budaya Hindu-Budha di
Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2
budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan
saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan
tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu
saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini
disebabkan karena: 1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia
menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia. 2. Kecakapan istimewa yang
dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu bangsa
untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu hanya
bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya
Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang.
Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai
dengan kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada. 1. Bidang
Sosial Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial
masyarakat Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat
atas kasta. 2. Ekonomi Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada
masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal
pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di
Indonesia. 3. Sistem Pemerintahan Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia
dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki
kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh
Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang
berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang
memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya
untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan
sistem pemerintahan kepala suku. 4. Bidang Pendidikan Masuknya Hindu-Budha juga
mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab
sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya
Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan
tulis. Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu : Dengan digunakannya
bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat
Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan
kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali
Kuno yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta. Telah dikenal juga sistem
pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk
mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi
dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai
kerajaan di Indonesia. Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra
bermutu tinggi yang merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya
Hindu-Budha. Contoh : Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha Empu
Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama Empu Tantular dengan karyanya
Sutasoma. Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi
pekerti berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan
kasih sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai
dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini. Para pendeta
awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai
agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan
dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang
dikenal dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena
pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki
pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra. Rakyat Indonesia yang
telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang lainnya.
Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk
menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka
menyebarkan agama menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah
diterima oleh masyarakat asal. Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah
terdapat guru besar agama Budha, seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti,
Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama khusus
untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)
Kepercayaan Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia
mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang
(animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat
Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan
kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa
alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama
seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha. Contoh : Di
Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari
Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur
masih terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7
hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak
hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Seni dan Budaya Pengaruh kesenian
India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah
ini: Seni Bangunan Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud
percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi
merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India.
Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur.
Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut
bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata
sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa
tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam
bangunan stupa. Seni Rupa Seni rupa tampak berupa patung dan relief. Patung
dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai.
Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain
patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi
Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.
Periode Patung Relief Periode Awal Patung para dewa Hindu-Budha seperti Brahma,
Wisnu, Siwa Berciri Naturalis (alami) misalnya relief candi Borobudur
menggambarkan kehidupan Sidharta Gautama. Sedangkan relief Prambanan
mengambarkan Ramayana dan Kresnayana. Periode Tengah Di Jawa Timur dibuat
patung raja-raja di Indonesia yang merupakan titisan para dewa. Contoh Patung
Tribuana sebagai Parwati/Kertanegara sebagai Siwa. Di Jawa Timur unsur
Indonesia semakin kuat tamapk pada relief Candi Panataran yang tidak naturalis
melainkan bergaya wayang. Menunjukkan pada kepercayaan memuja roh nenek moyang.
Periode Akhir Patung di Bali sudah banyak menggambarkan makhluk-makhluk seram
(demon) Di Bali relief yang mencolok berupa candi-candi yang dibuat di tebing
sungai merupakan makam raja seperti yang ada di Gunung Kawi (Tampak Siring)
Seni Sastra dan Aksara Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup
kuat. Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya
India. Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu
Sedah dan Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara
Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan
perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri. Prasasti-prasasti yang ada
ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak
digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan
bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi
sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan
Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di
kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari. Bidang
Teknologi Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha
sebenarnya sudah memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh
budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin mempertinggi teknologi yang sudah
dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha terhadap
perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman,
bangunan dan pertanian. Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin
banyaknya kota-kota pelabuhan, ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar
negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat membuat sampan
sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik.
Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat
pula pada pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu
maupun Budha. Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama
Hindu-Budha yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat
dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan
keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan
perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya
pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai diperkenalkan dan berkembang pada
zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief candi yang
menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit. Sistem Kalender Diadopsi
dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka
yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu
raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang
Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem
Chandra Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim
panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan
ada pada garis lurus. Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa
dengan tahun/ kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan
kalimat/ gambaran kata. Filsafat Lahir Astrologi yaitu pengetahuan yang
berkaitan dengan alam semesta/ astronomi. Contoh : orang memberi nama anak
berdasarkan hari, tanggal, bulan lahirnya. Adanya buku primbon sebagai pedoman
hidup dan tatanan tradisi yang semula hanya merupakan catatan turun temurun.
Ajaran Hindu-Budha penuh dengan upacara keagamaan. Falsafah agama tersebut
mengajarkan hal-hal yang bersifat pasifistis yaitu ajaran yang menuju pada
kehidupan damai, menerima apa yang menjadi takdir karena semuanya ditentukan
oleh Yang Maha Kuasa. Kebudayaan Islam MASJID Pada umumnya ada 3 jenis Masjid:
Masjid Tradisional ☼ Atapnya berupa Meru disebut atap
tumpang berasal dari ijuk/rumbia dengan jumlah ganjil (tiga atau
lima).Tingkatan paling atas berbentuk LIMAS ☼ Terdapat Mihrab (tempat imam
memimpin shalat) ☼ Contoh : Masjid Demak, Masjid Kudus
CIRI MASJID DI JAWA Masjid tradisional Jawa umumnya berupa pendopo. Pola tiang
penopang masjid mengikuti pola tiang penopang rumah tradisional masyarakat Jawa
Bangunan terdiri dari 4 tiang utama (soko guru) dan 12 tiang pembantu
disekelilingnya. Jika diperbesar maka tiang diluar ditambah menjadi 24 buah
Bagian atapnya dibuat atap tumpang bukan tunggal seperti rumah tradisional di
Jawa. Di masjid dilengkapi Kentongan atau Bedug MASJID MAKAM ☺ Disebut demikian karena dibelakang masjid biasanya terdapat
makam para wali atau bahkan makam raja. ☺ Contoh: Masjid Makam Ampel, Demak,
Kudus, Banten, Sendangduwur MASJID MODERN Cirinya tampak pada Bagian atap
masjid (mendapat pengaruh budaya Persia dan India) yaitu berbentuk Kubah.
Bentuk kubah masjid setengah bulatan seperti sebuah stupa Budha Dilengkapi
Menara, tempat untuk Muazin mengumandangkan azan Contoh: Masjid Baiturrahman di
Aceh Masjid Syuhada di Yogyakarta LETAK MASJID Letak Masjid di Jawa menggunakan
komposisi Macopat. Dimana Masjid berada disebelah barat alun-alun, dekat istana
MAKAM/NISAN Makam dilengkapi dengan Jirat (kijing) dan cungkup (kubah).
Pengaruh Islam tampak pada : penggunaan ragam hias khas Islam yaitu bentuk
melengkung seperti kubah masjid, disertai dengan tulisan Arab yang diambil dari
ayat-ayat suci Al’Quran. Contoh : Nisan Fatimah binti Maemun di Leran Nisan
Sultan Malik Al Saleh di Samudra Pasai SENI AKSARA Digunakan tulisan huruf Arab
Melayu atau Arab Gundul Adanya larangan membuat gambar maupun patung berupa
Makhluk Hidup terutama ditempat ibadah Berkembang tulisan Kaligrafi (huruf Arab
yang berbentuk indah) yang digunkan untuk melukiskan makhluk hidup Seni Ukir
Seni Ukir Islam disebut Kaligrafi, yang dapat dipahatkan pada kayu. Contoh : ☻Kaligrafi/ukiran yang dipahatkan pada dinding depan Masjid
Mantingan, Jepara ☻Di Masjid Cirebon terdapat pahatan
berbentuk harimau Pahatan berupa gambar tersebut disebut Arabesk SENI SASTRA
Tampak pada karya sastra di Selat Malaka dan Pulau Jawa. Karya sastra yang
berkembang: 1. Suluk,yaitu karya sastra yang berisi ajaran-ajaran tasawuf.
Contoh : Suluk Sukrasa, Suluk Wujil 2. Hikayat, yaitu dongeng atau cerita
rakyat yang sudah ada sebeluym masuknya Islam.Contoh: Hikayat Amir Hamzah,
Hikayat Panji Semirang 3. Babad, yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat
silsilah para raja suatu kerajaan Islam. Contoh: Babad tanah Jawi, Babd
Cirebon, Babad Ranggalawe SISTEM PEMERINTAHAN Digunakan aturan-aturan Islam
dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Terbukti dengan adanya
: Raja Mataram Islam awalnya bergelar Sunan/Susuhunan, artinya dijunjung Raja
akan diberi Gelar Sultan jika telah diangkat atas persetujuan khalifah yang
memerintah di Timur Tengah Terdapat gelar lain yaitu Panembahan, Maulana.
SOSIAL Mulai dikenal sistem demokrasi Tidak mengenal adanya sistem kasta Tidak
mengenal perbedaan gologan dalam masyarakat FILSAFAT Setelah Islam lahir
berkembanglah Ilmu filsafat yang berfungsi untuk mendukung pendalaman agama
Islam. Abad 8 M, lahir dasar-dasar Ilmu Fikih Fikih, merupakan ilmu yang
mempelajari hukum dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban umat Islam
terhadap Tuhan dan sesama manusia. Dengan Fikih diharapkan umat Islam dapat
hidup sesuai dengan kaidah Islam. Abad ke-10 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam
dan Tasawuf Qalam, merupakan ajaran pokok Islam tentang keesaan Tuhan, Ilmu
teologi/Ilmu ketuhanan/ Ilmu Tauhid. Asal mula lahirnya tasawuf karena
pencarian Allah karena kecintaan dan kerinduan pada Allah. Tasawuf kemudian
berkembang menjadi aliran kepercayaan. 3. Kebudayaan Barat Budaya Barat mengacu
pada budaya yang berasal Eropa. Istilah "budaya Barat" digunakan
sangat luas untuk merujuk pada warisan-warisan norma sosial, nilai-nilai etika,
adat istiadat, keyakinan agama, sistem politik, artefak khusus, serta
teknologi. · Kebudayaan Barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta
prinsip-prinsip artistik dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain.
Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan tersebut umumnya telah
dikumpulkan dalam kanon Barat. Beberapa kecenderungan yang dianggap
mendefinisikan masyarakat Barat moderen, antara lain dengan adanya pluralisme
politik, berbagai subkultur atau budaya tandingan penting (seperti gerakan-gerakan
zaman baru), serta peningkatan sinkretisme budaya sebagai akibat dari
globalisasi dan migrasi manusia. Dampak positif yang dapat kita ambil dari
kebudayaan barat misalnya: a) Kemajuan teknologi mereka (orang-orang barat)
yang sudah semakin maju dapat membantu kita memudahkan dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari dengan bantuan alat-alat elektronik canggih yang mereka
ciptakan. b) Dalam bidang politik, Negara barat cenderung menggunakan system
demokrasi. Hal itu menginspirasikan pemerintahan Negara kita untuk mengunakan
sitem pemerintahan yang terbuka dan demokratis. c) Dalam bidang sosial budaya
kita dapat meniru pola berpikir mereka yang baik seperti etos kerja yang tinggi
dan disiplin dan Iptek dari bangsa barat yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan
bangsa. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari kebudayaan barat
diantaranya: a) Generasi muda sekarang lebih suka meniru gaya orang-orang
barat, misalnya trend mode berbusana. Anak muda zaman sekarang lebih suka
menggunakan barang-barang eksport dan berbusana yang minim-minim sehingga
menyebabkan kurangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri. b) Munculnya
sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama
warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan
kehidupan bangsa. c) pergaulan masyarakat barat yang bebas mulai memengaruhi
budaya Indonesia yang sebelumya lebih beradab. Kebebasan yang kelewat batas itu
sebenarnya tidak cocok dengan nilai-nilai kebudayaan kita. Misalnya saja free
sex yang sekarang ini marak terjadi di Negara kita. Padahal hal itu sangat
bertentangan dengan kebudayaan kita yang menjunjung tinggi norma kesusilaan. d)
Kurangnya rasa hormat tehadap orangtua dan tidak peduli terhadap lingkungan
juga merupakan dampak yang ditimbulkan dari kebudayaan barat yang menganut
kebebasan sehingga mereka bertindak sesuka hatinya. Daftar Pustaka
http://pencerahan-sejarah.blogspot.com/2011/09/cara-menghitung-angka-kelahiran.html
http://sejarawan.wordpress.com/2011/08/15/muncul-dan-berkembang-agama-hindu-budha-islam/
http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/12/periodisasi-perkembangan-budaya-pada.html
http://senda-ronyrama.blogspot.com/2011/12/faktor-faktor-demografi-yang.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/02/pertumbuhan-penduduk.html
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/04/angka-kelahiran-dan-angka-kematian.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tingkat_kelahiran
http://kodimsblog.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-migrasi-dan-faktor-faktor.html
http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/212/212/1/4/
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195505051986011-WAHYU_ERIDIANA/Migrasi-1.pdf
http://slamet-triyono.blogspot.com/2009/10/komposisi-penduduk.html http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Barat
http://liaambar.wordpress.com/2010/10/12/dampak-kebudayaan-barat/ Created by :
Nama : Nurul Dini Indriyani kelas : 1KA27 NPM :15112529 Penulisan artikel ini
mengacu kepada : Satuan Acara Perkuliahan Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar Kode
: HM011102 / 1 SKS Jurusan :Sistem Informasi (Fakultas ilmu komputer dan
teknologi informasi ) Pokok Bahasan : Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan TIU
: Mahasiswa dapat memahami dan menghayati berbagai kenyataan yang diwujudkan
oleh pertumbuhan penduduk yang cepat ,Mengkaji pengaruh pertumbuhan penduduk
terhadap perkembangan sosial, Mengkaji hubungan antar masalah penduduk dengan
perkembangan kebudayaan. Sub Pokok Bahasan dan TIK : 1. Pertumbuhan penduduk -
Mahasiswa dapat menuliskan perkembangan penduduk dunia dengan menggunakan tabel
- Mahasiswa dapat menuliskan penggandaan penduduk dunia dengan menggunakan
tabel - Mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor demografi yang mempengaruhi
pertambahan penduduk - Mahasiswa dapat menuliskan rumus tingkat kematian yang
kasar - Mahasiswa dapat menulliskan rumus tingkat kematian khusus - Mahasiswa
dapat menulliskan angka kelahiran - Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
migrasi - Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam migrasi - Mahasiswa dapat menyebutkan
proses migrasi - Mahasiswa dapat menjelaskan akibat migrasi - Mahasiswa dapat
menyebutkan 3 jenis struktur penduduk - Mahasiswa dapat menuliskan bentuk
piramida penduduk stasioner, muda, tua - Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
rasio ketergantungan 2. Kebudayaan dan Kepribadian - Mahasiswa dapat
menjelaskan pertumbuhandan perkembangan kebudayaan di Indonesia - Mahasiswa
dapat menjelaskan kebudayaan Hindu, Budha dan Islam 3. Kebudayaan Barat -
Mahasiswa dapat menjelaskan kebudayaan barat
No comments:
Post a Comment